Kabar Dayak
Mengenal Tiwah, Ritual Adat Dayak Kalteng untuk Kesucian Arwah, Biaya Bisa Sampai Ratusan Juta
Apa itu upacara Tiwah? Ini adalah ritual penyucian arwah yang kerap digelar oleh Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah
Penulis: Nor Aina | Editor: Dwi Sudarlan
TRIBUNKALTENG.COM - Apa itu upacara Tiwah? Ini adalah ritual penyucian arwah yang kerap digelar oleh Suku Dayak Ngaju Kalteng (Kalimantan Tengah).
Pelaksanaan ritual adat Dayak Kalteng, Tiwah ini biasanya menyedot biasa besar dari puluhan bahkan ratusan jura dari Rp 50 hingga Rp 100 jutaan.
Untuk apa saja biaya sebesar itu?
Upacara Tiwah biasanya digelar dalam skala besar dengan sumber daya yang gede dan waktu penyelenggaraannya cukup lama.
Baca juga: Ida Dayak Akui Tidak Gunakan Minyak Bintang Dayak, Ketua Adat: Tidak Bisa Dimiliki Sembarang Orang
Baca juga: Cara Membuat Kenta, Makanan Turun Temurun Khas Dayak Kalteng, Diawali Proses Mangenta Penuh Makna
Baca juga: Cara Memainkan Japen, Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah Mirip Kecapi
Tujuan ritual adat ini adalah untuk meluruskan perjalanan salumpuk liau menuju lewu tatau dalam konsep kematian Dayak Ngaju.
Selain itu, Ritual Tiwah juga diselenggarakan sebagai prosesi buang sial bagi keluarga yang ditinggalkan.
Masyarakat Dayak Ngaju umumnya menganut kepercayaan lokal yaitu Kaharingan.
Bagi mereka, kematian merupakan tahap awal manusia mencapai dunia kekal abadi yaitu dunia roh.
Manusia yang sudah meninggal akan berganti wujud menjadi arwah, disebut dengan nama Liau atau Liaw.
Liaw ini wajib diantarkan ke Lewu Liaw atau atau Lewu Tatau atau dunia arwah dalam proses yang disebut Tiwah.
Dengan demikian, ritual Tiwah merupakan suatu kewajiban bagi masyarakat Dayak Ngaju baik secara moral maupun sosial.
Masyarakat percaya, liaw yang belum diantarkan melalui Tiwah akan tetap berada di dunia, belumk bisa ke surga.
Ritual Tiwah memiliki makna mendalam bagi masyarakat Suku Dayak Ngaju.
Mereka akan mempersiapkan Tiwah selama berbulan-bulan sebelum pelaksanaan.
Pelaksanaannya pun memerlukan waktu lama, mulai dari tiga hari, tujuh hari, bahkan hingga satu bulan.
Adapun makna dari ritual yang besar ini adalah agar keluarga yang ditinggalkan dapat hidup tenang.
Ketenangan itu muncul karena keyakinan keluarga mereka yang telah meninggal sudah diantarkan ke alam arwah melalui Tiwah.
Selain itu, prosesi ini juga diharapkan menghindarkan keluarga dari pengakit dan kesialan.
Sedangkan bagi arwah, Tiwah ini menjadi sarana mereka untuk berangkat ke Lewu Liau, tempat mereka seharusnya.
Melansir upr.ac.id, dana yang diperlukan untuk menggelar upacara Tiwah ini mulai dari Rp 50 jutaan sampai Rp 100 jutaan.
Biaya tersebut digunakan untuk upacara Tiwah yang memerlukan beberapa hewan dan peralatan lainnya.
Alat yang digunakan untuk ritual Tiwah ini antara lain gong, rotan, bambu, daun kelapa, gandang kalenang, mandau, dan kain tiga warna.
Ada juga hewan kurban yang meliputi ayam dan babi sebanyak 13, satu kerbau, botol tempat tulang, dan masih banyak lagi.
Dengan besaran biaya tersebut, maka Ritual Tiwah menjadi simbol kesejahteraan dan status sosial keluarga.
Ada anggapan semakin lama dan meriah penyelenggaraan ritual Tiwah, maka keluarga yang mengadakan upacara tersebut memiliki status sosial yang tinggi. (*)
Profil Panglima Jilah Pimpinan Pasukan Merah Dayak yang Mengecam Insiden Tewasnya Warga di Seruyan |
![]() |
---|
Ciri Khas Upacara Ngadatu, Ritual Orang Meninggal Dunia yang Tak Wajar di Masyarakat Dayak Kalteng |
![]() |
---|
Tradisi Hambai Angkat Khas Dayak Kalteng, Upacara Mengesahkan Anak Angkat Menjadi Kandung |
![]() |
---|
Syarat Upacara Manawur Sahut, Ritual Meminta Keselamatan Bagi Masyarakat Dayak Ngaju Kalteng |
![]() |
---|
Ciri Ritual Balian Balaku Untung, Upacara Memohon Berkah Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.