Mata Lokal Memilih
Gegara Isu Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024 Koalisi Gerindra dan PKB Terancam, Muhaimin Ingin Capres
Koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terancam pecah gegara beredar isu duet Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024
TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - Koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terancam pecah gegara beredar isu duet Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024.
Sebaliknya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menginginkan dirinya menjadi Capres 2024 sesuai mandat Muktamar PKB.
Sebelumnya, Gerindra dan PKB membuka pintu untuk berkoalisi dalam Pemilu 2024 mendatang baik Pileg maupun Pilpres 2024.
Kabar yang sempat berhembus menyebutkan duet Capres-Cawapres yang bakal diusung koalisi Gerindra-PKB adalah Prabowo Subianto (ketua umum Gerindra) berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.
Baca juga: Tidak Gabung KIB, Partai Bikinan Gus Dur Pilih Koalisi dengan Gerindra, PKS Masih Mikir-mikir
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut Capres 2023 Bisa Jadi Jatah Prabowo, Survei Kembali Unggulkan Ganjar Pranowo
Baca juga: Sinyal Koalisi Pilpres 2024, Kader PKB Terus Teriakkan: Gus Muhaimin di Dadaku, Prabowo Idamanku
Namun, duet ini belum juga dideklarasikan karena kedua partai masih tarik ulur, bahkan kabarnya Muhaimin Iskandar berkeinginan dirinya yang menjadi Capres 2024 sesuai mandat Muktamar PKB.
Dalam kondisi tarik ulur itu, muncul wacana Gerindra akan memasangkan Prabowo Subianto dengan Gubernur Jawa Tengah yang juga kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo.
Wacana duet Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024 ini membuat kubu PKB meradang.
Muhaimin Iskandar pun menyatakan bisa saja PKB membuat komposisi (koalisi) baru.
"Ya kalau saya nggak di situ (jadi capres atau cawapres) ya nggak usah koalisi, ngapain," kata Muhaimin Iskandar di Gedung DPR , Senayan, Jakarta, Selasa (13/9/2022).
Sebelumnya, Muhaimin Iskandar juga menegaskan belum ada finalisasi duet Capres dan Cawapres yang akan diusung koalisi Gerindra-PKB.
"Belum, kita akan duduk berdua (dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto) karena sampai detik ini masing-masing ngotot jadi capres," kata Muhaimin di kantor DPP PKB, Jakarta, Senin (21/11/2022).
Namun, Muhaimin tidak menjawab secara tegas kemungkinan PKB meninggalkan koalisinya dengan PKB.
"Ya kita lihat nanti," katanya.

Mengutip Kompas.com, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Budisatrio Djiwandono mengatakan, partainya menghargai pernyataan Muhaimin soal kemungkinan pembentukan komposisi baru.
Budi yakin kerja sama Gerindra-PKB akan terus berjalan hingga Pemilu 2024.
"Ya kita menjalankan kerjasama itu dengan asas saling menghormati, saling menghargai," katanya
"Saya rasa antara ketua umum Partai Gerindra Pak Prabowo juga Ketua Umum PKB Pak Muhaimin juga kan ada pembahasan lebih lanjut ya," lanjutnya.
Sementara Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam kepada Kompas.com menilai, ancaman Muhaimin untuk membentuk komposisi baru jika Prabowo berduet dengan Ganjar Pranowo tampaknya bukan main-main.
Sejak awal, PKB punya target untuk mencalonkan ketua umumnya sebagai wakil presiden.
Harapannya, PKB mendapat limpahan elektoral atau coat-tail effect dari pencawapresan Muhaimin.
Namun, kata Umam, Prabowo tampak merasa tidak yakin dengan kekuatan politik Imin. Oleh karenanya, mantan perwira tinggi militer itu bermain dua kaki, tetap mencari sosok cawapres meski sudah deklarasi koalisi dengan PKB.
"Ibarat cinta bertepuk sebelah tangan, Cak Imin tentu tidak ingin dipermalukan. Karena itu belakangan muncul statement yang mengarah pada koreksi total dan potensi pembubaran koalisi yang layu sebelum berkembang," kata Umam, Rabu (23/11/2022).
Jika Prabowo tidak menggandeng Imin sebagai cawapres, dukungan basis pemilih Islam terhadap Ketua Umum Partai Gerindra itu diprediksi bakal menurun tajam.
Pertama, kelompok Islam konservatif sudah terlanjur kecewa dengan pilihan Gerindra masuk pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Bersamaan dengan itu, basis pemilih Nahdliyin selaku representasi dari kelompok Islam moderat tak mampu dimobilisisasi karena Prabowo tidak menggandeng Muhaimin yang dekat dengan kelompok tersebut.
Namun, jika Gerindra punya dua pilihan, berkoalisi dengan PKB atau PDIP, Umam yakin Prabowo secara pragmatis bakal memilih partai banteng.
Sebabnya, struktur kepartaian PDIP lebih kuat. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu juga memegang tampuk kekuasaan saat ini.
"Intinya, langkah Prabowo dan Gerindra akan sangat pragmatis. Kali ini, fokus target operasi politiknya adalah memenangkan pilpres," ujar Umam.
Jika pun Gerindra akhirnya berkoalisi dengan PDIP, kata Umam, perlu diperjelas apakah partai banteng bakal mendorong Ganjar Pranowo atau Puan Maharani sebagai pendamping Prabowo.
Sebab, sejak lama, kedua kader PDIP itu ditengarai bersaing di internal partai untuk mendapat tiket pencapresan.
"Jika PDIP harus rela mengikhlaskan boarding pass-nya untuk posisi cawapres, maka posisi itu lebih representatif untuk diberikan kepada Puan daripada Ganjar," kata Umam.
Umam menambahkan, tak ada jaminan PKB bertahan seandainya Gerindra betul bekerja sama dengan PDIP.
"Pastinya PKB akan berhitung serius. Insting politik Cak Imin biasanya cukup tajam," tutur dosen Universitas Paramadina itu. (*)
( kompas.com )