Berita Kotim

Dampak Kenaikan Harga BBM di Kotim, Harga Ayam Potong & Ikan di Pasar Sampit Ikut Naik

Dampak Kenaikan Harga BBM di Kotim, Harga bahan pangan seperti Ayam Potong & Ikan di Pasar Sampit Ikut mengalami kenaikan.

Penulis: Devita Maulina | Editor: Fathurahman
tribunkalteng.com / devita maulina
Dampak kenaikan harga BBM di Kotim, harga bahan pangan seperti Ayam Potong & Ikan di Pasar Sampit Ikut mengalami kenaikan. Harga ayam potong dan ikan di Pusat Ikan Mentaya (PIM) Sampit, Kabupaten  Kotawaringin Timur (Kotim), mengalami kenaikan sebagai imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Kenaikan harga BBM yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan hanya akan semakin menyengsarakan rakyat.

Sementara, bantuan tunai yang disalurkan melalui kementerian Sosial belum tentu didapat.

“Harapan kami pemerintah dalam mengambil kebijakan itu bisa melihat kembali kondisi kemampuan dan pendapatan rakyat. Kami pedagang ini juga kesulitan, mau jualan tapi kalau tidak ada yang beli kan percuma juga,” pungkasnya.

Kondisi tak jauh berbeda juga dirasakan Asep, pedagang ikan segar di PIM Sampit. Kenaikan harga BBM juga berimbas pada kenaikan harga ikan. Terlebih, BBM tidak hanya dibutuhkan dalam transportasi pengantaran barang tapi juga untuk keperluan nelayan melaut atau mencari ikan.

“Para nelayan kan juga butuh BBM untuk melaut, misalnya yang biasanya biaya Rp 2 ribu naik jadi Rp 4 ribu. Otomatis dampaknya pada harga ikan,” jelasnya.

harga ikan ikut naik nroror
Dampak kenaikan harga BBM di Kotim. Harga ayam potong dan ikan di Pusat Ikan Mentaya (PIM) Sampit, Kabupaten  Kotawaringin Timur (Kotim), mengalami kenaikan sebagai imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Adapun, beberapa jenis ikan yang mengalami kenaikan harga antara lain ikan kembung dari harga Rp 40 ribu menjadi Rp 50 ribu per kilogram, tongkol putih dari Rp 40 ribu menjadi Rp 45 ribu per kilogram, kakap merah dari Rp 75 ribu menjadi Rp 80 ribu per kilogram, kerapu dari Rp 45 ribu menjadi Rp 55 ribu per kilogram.

Ia menambahkan, ikan yang ia jual berasal dari berbagai tempat. Ada yang dari nelayan lokal, ada pula dari kabupaten tetangga seperti Katingan dan Pangkalanbun.

Bahkan ada yang dari Pulau Jawa dan Madura. Semakin jauh asalnya otomatis biaya transportasi akan lebih besar, begitu pula dampak terhadap ikan yang dijual ke masyarakat. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved