Berita Palangkaraya
KKN Mahasiswa UPR di Kotim, Ajak Warga Teluk Sampit Manfaatkan Tempurung Kelapa Jadi Briket
KKN Mahasiswa UPR di Kotim, mengajak Warga Kuin Permai Kecamatan Teluk Sampit Manfaatkan Tempurung Kelapa Jadi Briket.
Penulis: Lidia Wati | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - KKN Mahasiswa UPR di Kotim, mengajak Warga Kuin Permai Kecamatan Teluk Sampit Manfaatkan Tempurung Kelapa yang Jadi Briket.
Selama ini warga yang bermukim di kawasan tersebut membiarkan tempurung kelapa hasil kebun mereka di buang dipinggiran jalan sehingga kedatangan mahasiswa UPR yang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di lokasi tersebut memanfaatkanya.
Mahasiswa Universitas Palangkaraya (UPR) melakukan inovasi dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kuin Permai, Kecamatan Teluk Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Sebanyak 15 mahasiswa terdiri dari berbagai Fakultas di UPR itu membuat Briket dari tempurung kelapa. Guna membantu perekonomian masyarakat.
Baca juga: Pemkab Kotim Gandeng BPKP Audit Perizinan PBS Sawit, Cegah Perusahaan Lakukan Pelanggaran
Baca juga: SMP Perintis Telawang Kotim, Sempat Tiga Tahun Vakum Kini Kembali Beroperasi Jadi SMP Negeri 1
Baca juga: Pemkab Kotim Gandeng BPKP Audit Perizinan PBS Sawit, Cegah Perusahaan Lakukan Pelanggaran
Bermula dari dilihatnya, warga di desa tersebut merupakan penghasil kelapa, namun menjual mentah tidak menjadi produk, sehingga harganya pun relatif murah.
"Awalnya itu kami lihat masyarakat di Desa Kuin Permai merupakan penghasil kelapa dan menjual dengan harga yang murah jadi kami berikan ide untuk buat briket," kata seorang mahasiswa KKN Dora M Nainggolan, Sabtu (17/9/2022).
Briket merupakan alternatif bahan bakar juga dapat dimanfaatkan sebagai pembakaran shisa atau herbal tembakau yang dihirup bersama.
Cara membuatnya pun tergolong sederhana, yakni membakar tempurung lalu menumbuknya sampai halus.
Setelah itu diayak, hasil ayakan dicampur dengan adonan tepung kanji. Briket lalu dicetak sesuai ukuran yang dikehendaki dan dijemur hingga kering.
"Kalau menjemurnya itu bisa sehari kering kalau cuaca panas. Sekilo Briket dijual Rp 50 ribu per kilogramnya. Dengan begitu tempurung kelapa mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi dan dapat membantu perekonomian masyarakat," jelasnya.
Selama ini belum banyak masyarakat yang memanfaatkan briket tempurung kelapa untuk membakar atau memanggang bahan makanan, Padahal, briket bisa dipakai untuk memasak karena ada kompor khusus briket.
Hal ini menjadi peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat, melalui inovasi yang diberikan para mahasiswa KKN, selain mempunyai harga yang tinggi, briket menjadi alternatif bahan bakar ditengah melambungnya harga elpiji.
"Harapannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui Briket ini serta memantik pelaku ekonomi baru," pungkasnya. (*)