Ini Harus Dilakukan kepada Anak-anak untuk Menangkal Hepatitis Akut Misterius, Diduga Terkait Covid
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman membenarkan dugaan keterkaitan Covid-19 dengan hepatitis akut misterius
TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - Penyakit hepatitis akut misterius menyerang banyak anak di dunia, bahkan di Indonesia sudah ada 3 anak yang meninggal diduga karena penyakit tersebut.
Penyebab mengganasnya penyakit hipatitis akut itu masih misterius karena memang belum diketatahui.
Namun dugaan yang kini mencuat, penyakit hepatitis akut misterius itu memiliki keterkaitan dengan Covid-19.
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman membenarkan dugaan keterkaitan Covid-19 dengan hepatitis akut misterius.
Baca juga: Cek Kondisi Anak Anda, Kenali Gejala Penyakit Hepatitis Akut Misterius, 3 Bocah Sudah Jadi Korban
Baca juga: Palangkaraya PPKM Turun ke Level 2 Covid-19, 21 Kelurahan Sudah Zona Hijau
Baca juga: Surat Edaran Kemenhub dan Satgas Covid-19, Percepat Capaian Vaksinasi Booster Kalteng
"Bahwa di antara sekian hipotesa dan diagnosis yang berbeda dari pada dokter, dan juga tim epidemiolog, salah satunya memang mengarah pada Covid-19," ungkapnya kepada Tribunnews, Rabu (4/5/2022).
Karena itu Dicky Budiman menyebutkan perlu dilakukan mitigasi dan segera menggencarkan vaksinasi anak, termasuk booster.
Bagi anak di bawah usia lima tahun, meskipun belum ada vaksin Covid-19 yang eligible, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
"Di antaranya pastikan anak-anak ketika masuk sekolah, orang dewasa yang tinggal bersama anak usia di bawah lima tahun, harus sudah booster," kata Dicky Budiman.
Karena, orang dewasa menjadi barirer atau pelindung efektif untuk sementara waktu, sambil menunggu vaksin yang eligible bagi anak-anak bawah lima tahun.
Selain itu, perlu penguatan protokol kesehatan, infrastruktur, ventilasi, dan sirkulasi udara, apalagi di dalam konteks mudik dan arus balik.
Anak-anak harus dipastikan pergi dengan orang-orang yang memang sudah memiliki imunitas.
Tidak harus tiga dosis, setidaknya dua dosis atau dalam kondisi ketaatan prokes yang cukup.
"Sembari tingkatkan deteksi dan surveilans ini. Hepatitis ada surveilans-nya, dan juga artinya kewaspadaan di unit kesehatan," papar Dicky Budiman.
Ia pun mengingatkan hal ini berlaku tidak hanya pada anak-anak, namun juga pada dewasa muda dan orang lanjut usia.
"Bicara Long Covid-19 ini memang pasca-infeksi tidak mesti lama, masa akutnya dan mediumnya menjadi harus ditingkatkan pemantauannya, sehingga bisa melakukan respons yang tepat dan cepat," paparnya.
Long Covid adalah gejala sakit berkepanjangan yang diderita penyintas Covid-19, meski sudah dinyatakan negatif berdasarkan hasil tes.
Hingga kini belum ada yang bisa memastikan penyebab pasti kasus hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak di sejumlah negara.

Tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut misterius, meninggal.
Peristiwa ini terjadi dalam kurun waktu yang berbeda, dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Menurut Dicky Budiman, kasus hepatitis akut pada anak ini sebetulnya sudah terdeteksi sejak awal tahun ini.
Ada dugaan penyakit ini terkait varian baru Covid-19 yang belum terdeteksi.
Karena secara umum, Covid-19 memang menyerang hampir semua organ.
Dia ditularkan melalui udara, menginfeksi saluran nafas.
Tapi pada gilirannya merupakan penyebab penyakit sistemik yang menyerang hampir semua organ, dan lever menjadi salah satunya.
"Bahwa ada gangguan di otak, jantung, paru jelas. Itu sudah jelas. Sekarang yang memberikan pesan kuat khususnya pada anak adalah adanya gangguan di lever," papar Dicky.
Kenapa pada anak? Karena, kata Dicky Budiman, anak terhitung telat mendapatkan vaksin Covid-19.
Program vaksin baru didapatkan belakangan, dan itu pun di atas usia 6 tahun.
"Itu pun masih belum banyak yang mendapat dua dosis, apalagi bicara booster."
"Nah, ketika hadir satu varian yang lebih cepat menginfeksi seperi Omicron dan turunannya, mereka menjadi korban," ulasnya.
Apa lagi pada sebagian anak-anak yang secara imunitas rendah atau status gizi buruk dan memiliki komorbid yang serius.
"Long covid-19 itu juga di antara lain ada di aspek hepatitis."
"Nah, apa lagi untuk Hepatitis menjadi prevalensi paling banyak pada anak di bawah umur lima tahun," paparnya.
Oleh karena itu, kata Dicky Budiman, besar kemungkinan sudah ada di Indonesia.
Dan kelemahanan di Tanah Air adalah dari aspek deteksi dini. (*)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Hepatitis Akut yang Serang Anak Diduga Long Covid-19, Epidemiolog Sarankan Lakukan Hal ini