Benarkah Rebo Wekasan, Rabu Terakhir Bulan Safar Banyak Musibah? Ini Penjelasan Ulama

Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir adalah kepercayaan adanya bencana dan musibah di hari Rabu terakhir Bulan Safar

Editor: Dwi Sudarlan
istimewa/surya
Ilustrasi Rebo Wekasan, Rabu terakhir bulan Safar yang diyakini banyak musibah, benarkah? Ini penjelasan ulama 

TRIBUNKALTENG.COM - Di hari-hari terakhir Bulan Safar 1443, ada kepercayaan Rabu Wekasan atau Arba Mustakmir, apa itu Rabu Wekasan? Berikut penjelasan ulama.

Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir adalah kepercayaan adanya bencana dan musibah di hari Rabu terakhir Bulan Safar.

Untuk Bulan Safar 1443 H yang berawal pada Rabu 8 September 2021 akan berakhir pada Kamis, 7 Oktober 2021 mendatang.

Jadi Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir jatuh pada Rabu 6 Oktober 2021.

Baca juga: Video dan Lirik Sholawat Badar Karya KH Ali Manshur, Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Terjemahan

Baca juga: Bacaan Surah Al Balad Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Artinya, Amalan Jauhkan dari Murka Allah SWT

Baca juga: Adab di Dalam Kamar Mandi, Doa Masuk Kamar Mandi dan Doa Keluar Kamar Mandi Agar Berkah

Dalam pandangan Islam, sebenarnya tidak ada tradisi Rabu Wekasan.

Meyakini datangnya malapetaka di akhir Bulan Safar juga tidak benar, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.

"Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Safar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Menurut al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, hadits ini merupakan respons Nabi Muhammad SAW terhadap tradisi yang berkembang di masa Jahiliyah.

Ibnu Rajab menulis: "Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar. Maka Nabi SAW membatalkan hal tersebut. Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya. Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu. Meyakini datangnya sial pada bulan Safar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang." (Lathaif al-Ma’arif, hal. 148)

Karena itu pula amalan Sholat Rabu Wekasan dalam Islam hukumnya haram.

Apabila umat Islam khawatir terhadap musibah, dianjurkan melaksanakan Sholat Hajat.

Hal ini disampaikan almarhum KH Maimoen Zubair.

"Allah menurunkan Bilhi (bala), supaya selamat minta kepada Allah, Sholat Hajat. Niat Sholat Hajat Li Daf'il Bala' :

نَوَيْتُ صَلاَةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ

Nawaitu Sholatal Khaajati Lida'fi lbalaai

Sholat Hajat terdiri dari empat rakaat, ada tahiyat awalnya sama seperti shalat Isya," jelas KH Maimoen Zubair.

Hukum Rebo Wekasan

Mengutip bincangsyariah.com, sumber syariat Islam adalah Al Quran dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain itu musibah atau bencana di muka bumi ini, merupakan sesuatu yang gaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah.

Dan hal-hal yang gaib dapat diketahui dengan petunjuk Al Quran dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Meyakini datangnya malapetaka atau hari sial di hari Rabu terakhir bulan Safar atau Rebo Wekasan termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.

Karena ini merupakan perilaku dan keyakinan orang Jahiliyah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

“Tidak ada penyakit menular (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa”. (HR Bukhari, 5387 dan Muslim, 2220).

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali, mengatakan, “Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar.

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan hal tersebut.

Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya.

Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.

Meyakini datangnya sial pada bulan Safar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.” (Lathaif al-Ma’arif, hal 148).

Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari pernah ditanya tentang hukum Rebo Wekasan dan beliau menyatakan bahwa, “Semua itu tidak ada dasarnya dalam Islam (ghairu masyru’). Umat Islam juga dilarang menyebarkan atau mengajak orang lain untuk mengerjakannya."

Kepercayaan Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir pada Rabu terakhir Bulan Safar
Kepercayaan Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir pada Rabu terakhir Bulan Safar (istimewa/bpost)

Pendapat Ustaz Abdul Somad

Dipublikasikan di YouTube oleh Nasehat Islam pada 2 Juni 2018, Ustaz Abdul Somad membahas tentang tradisi umat Islam Indonesia di hari Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan ini.

Apakah dibolehkan atau tidak dalam Islam dan bagaimana hukumnya?

“Ziarah kubur di hari Rabu terakhir bulan Safar, boleh tidak? Ziarah kuburnya boleh, bagus saja itu. Lalu berdoa memohon kepada Allah agar kita dihindarkan dari segala musibah, ini juga boleh,” jelas Ustaz Abdul Somad.

Sementara terkait keyakinan Allah menurunkan ribuan musibah di hari Rabu terakhir Safar atau Arba Musta’mir, menurutnya itu tak ada haditsnya.

“Itu menurut para ulama tasawuf, mereka dapat itu dari ilham bukan dari hadits Nabi Muhammad. Tapi, kalau mau berdoa meminta dihindarkan dari musibah, silakan saja. mau berdoa sambil bertawasul kepada wali-wali Allah juga boleh,” kata pria yang akrab disapa UAS ini.

Bertawasul adalah memakai atau menyebutkan nama para wali itu saat berdoa dengan harapan Allah akan mengabulkan doa kita berkat kemuliaan para wali Allah tersebut.

“Misalnya bertawasul dengan Wali Songo. Saat berdoa bilangnya begini: Ya Allah, berkat kemuliaan para wali-Mu ini, aku memohon kepada-Mu, dan seterusnya. Kalau ini boleh,” pungkasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Rabu Wekasan 2021 Kapan? Ini Pandangan Ulama Tentang Amalan dalam Islam 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved