Adat Dayak Kalimantan
Mandau, Senjata Tradisional Adat Dayak Kalimantan, Simbol Persaudaraan dan Tanggung Jawab
Ciri khusus dari mandau adalah motif dari ukiran Dayak yang digambar pada bagian sarung atau penutup senjata tradisional Adat Dayak Kalimantan
TRIBUNKALTENG.COM - Membicarakan Adat Dayak Kalimantan, tidak akan lepas dari Mandau, senjata tradisional Dayak yang merupakan simbol persaudaraan dan tanggung jawab.
Mandau diambil dari kata "man" singkatan kata "kuman" yang berarti "makan" dan dibentuk dari kata "do" yaitu singkatan dari kata "dohong" yakni pisau belati.
Secara harfiah kata atau mando berarti "makan dohong" yang bermaksud popularitas Mandau mengalahkan dohong.
Mandau terdiri atas tiga bagian, yaitu mata mandau yang dibuat dari baja.
Lalu, pegangan Mandau yang biasa disebut ”pulang”, dibuat dari tanduk rusa.
Baca juga: Tari Tambun dan Bungai Kalimantan Tengah, Tari Tradisional Mengenang Leluhur Suku Dayak Kalimantan
Baca juga: Sape, Alat Musik Tradisional Suku Dayak yang Bisa Membikin Merinding Pendengarnya
Baca juga: Sumpit Dilaburi Kunyung, Senjata Tradisional Suku Dayak yang Mematikan Saat Perang
Serta, sarung Mandau atau ”kumpang” yang dibuat dari kayu muhur serta berhias anyaman rotan dan kulit binatang.
Adapun ciri khusus dari senjata Mandau adalah motif dari ukiran Dayak yang digambar pada bagian sarung atau penutup Mandau.
Senjata tajam sejenis parang ini kerap digunakan untuk kegiatan berkebun dan berladang saat membuka lahan untuk ditanami.
Sekilas Mandau tampak terbuat dari besi, namun mandau asli dibuat dari batu khusus berjenis mantikei yang mempunyai unsur besi dominan.
Seiring perkembangan zaman, saat ini mandau banyak diproduksi dengan menggunakan bahan besi.
Secara keseluruhan, mandau merupakan simbol persaudaraan, simbol kesatria, simbol penjaga, tanggung jawab dan kedewasaan.
Senjata mandau saat ini juga dijadikan sebagai bahan untuk hiasan dinding.
Jenis hiasan dinding atau suvenir ini dibentuk khusus oleh perajin pembuatan suvenir senjata khas mandau dengan banyak perniknya.
Mandau dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak di Kalimantan pada zaman dahulu digunakan masyarakat dalam peperangan dan juga pengayauan (pemenggalan kepala musuh).

Dalam buku Manusia Dayak (1987) karya Michael Coomans, disebutkan orang Dayak hidup dalam kepercayaan tradisi adat.