Listrik dan Musik Mati Mendadak, Pertandingan Tinju Internasional Ricuh, Panitia Mengaku Dianiaya
Sementara itu, pihak panitia mengaku terpaksa kabur karena mendapat ancaman dan penganiayaan dari sekelompok orang.
Petrik mengaku, sejak Sabtu malam, dirinya keluar dari Kota Maumere untuk menyelamatkan diri.
Hal itu dilakukan karena sekelompok orang menganiaya dirinya pasca-insiden penghentian pertandingan tinju tersebut.
"Mereka aniaya saya karena saya dianggap menghentikan tinju, tidak bertanggung jawab, dan menipu publik Kabupaten Sikka," sambungnya. Ia membantah terkait isu dan tudingan dirinya membawa kabur uang tiket.
4. Penjelasan panitia saat tak bisa dihubungi
Petrik menerangkan, sekelompok orang yang menganiaya dirinya juga merampas telepon genggam miliknya. Untuk itu, dirinya memilih keluar dari Kota Maumere untuk menyelamatkan diri.
"Senin (5/8/2019), sekelompok pemuda tak dikenal menginjak dan menyayat tangan saya dengan benda tajam. Handphone saya diambil di lorong pasar Geliting Maumere. Itulah makanya nomor saya tidak aktif selama ini," terangnya kepada Kompas.com.
5. Bantah melarikan uang tiket
Petrik menerangkan, saat kericuhan terjadi aparat kepolisian dan dirinya segera menghalau massa agar tidak boleh masuk dalam lapangan.
Setelah itu, dirinya meminta panitia untuk mengembalikan tiket yang dimiliki penonton di dalam stadion.
"Saat mulai ricuh, saya perintahkan loket tiket untuk kembalikan uang tiket penonton. Tentu dengan catatan mereka punya bukti tiket yang dirobek. Taksiran saya, jumlah uang tiket yang dikembalikan malam itu sekitar Rp 7 juta. Waktu itu belum begitu banyak penonton yang beli tiket. Meskipun penonton di luar stadion memang sudah banyak," terangnya. (KOMPAS.com/Nansianus Taris)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com