Kabar Kalsel

Pimpinan Ponpes Al Anwar Pulangkan Santrinya, Sungai Riam Batajau HSS Jadi Jadi Wisata

Santri Pondok Pesantren Al Anwar sendiri sebagian besar sana merupakan mantan pecandu narkoba. Bahkan, pesantren ini juga digunakan sebagai rehabilita

Editor: Mustain Khaitami
Ist/Syarkawi
Pondok Pesantren Al Anwar Desa Batu Tunggal, Kecamatan Hantakan, Kabupaten HST. 

Di Desa Baru 200 petisi itu ditandatangani oleh warga dari RT 01 sampai RT 07. Sedangkan Wisata Riam Betajau berada di RT 08.

c
Wisata Sungai Riam Batajau, Kecamatan Hantakan, Kabupaten HST (Ist/Fauzan untuk Banjarmasinpost.co.id)

Sebanyak 200 tandatangan tersebut belum termasuk petisi penolakan dari warga Desa Tunggal. Wisata Riam Betajau berada di perbatasan Desa Baru Kecamatan Batu Benawa dengan Desa Batu Tunggal Kecamatan Hantakan.

"Saat menyerahkan petisi itu saya kaget. Bupati ngomong seperti ini, kok menolak ada pembakalnya. Mengurus perizinan juga ada tandatangan pembakalnya. Menolak iya, mengizinkan iya," ujarnya menirukan ucapan Bupati Hulu Sungai Tengah A Chairansyah.

Sontak ucapan bupati membuatnya kaget. Ia sempat menduga jika bupati bercanda. "Ternyata serius," katanya.

Setelah adanya mediasi kedua, ia bertambah kecewa. Hasilnya Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah menghendaki adanya uji coba wisata selama tiga bulan.

Menurutnya, wisata dan pesantren sulit untuk berdampingan. Apalagi, pondok pesantren tempatnya belajar.

Disisi lain, santrinya merupakan mantan pecandu. Dengan dibukanya wisata, ia khawatir jika santrinya akan kembali ke jalur yang tidak baik.

Penolakannya bukan tanpa alasan. Ia mencatat ada tiga poin mengapa pihaknya menolak keras.

Yakni gangguan dari adanya wisata. Apalagi, ada kegiatan belajar mengajar yang jarak terdekat pondok berada 15 meter dari wisata. Suara wisatawan akan mengganggu proses belajar mengajar.

Selain itu, pihaknya juga terganggu karena sungai sebagai tempat aktivitas santri mulai dari mandi hingga mencuci pakaian.

"Kalau buang air ada tempatnya. Mandi kadang mereka di sungai karena kalau barengan kamar mandi tak cukup. Masa mereka mandi dan mencuci di sebelahnya ada wisata. Apalagi, kalau air mati santri berwudhu di sungai," bebernya.

Terganggu lainnya yakni mengenai kedamaian pesantren. Apalagi, posisi pesantren yang di pinggir sungai bakal membuat wisatawan naik. "Belum lagi hiburan musik," jelasnya.

Poin kedua yakni etika bangun wisata. Ia menyoal membangun wisata harus ada etikanya. "Masa bangun wisata di depan pesantren," retorisnya.

Poin terakhir yakni mengenai keyakinan kiblat pesantren dan wisata yang tak bisa berdampingan. "Kami juga berkonsultasi dengan KH Mukhtar. Memang tidak bisa," katanya.

Alih-alih penolakannya diterima. Ia justru ditawari bergabung dengan wisata. "Urusan saya banyak dengan santri. Ditawari gabung," kesalnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved