Hari Sumpah Pemuda

Kisah di Balik Lahirnya Sumpah Pemuda, Patungan Beli Kopi sampai Cerita Cinta

Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara 40 liter beras waktu itu.

Editor: Mustain Khaitami
GRID.ID
Naskah Sumpah Pemuda. 

Beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia bersatu bergaung di sini.

Disampaikan pula tentang upaya-upaya memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh di atas kepentingan golongan, bahasa, dan agama.

Kongres pertama ini belum melahirkan sebuah ikrar bersama. Namun para pemuda masa itu mulai tak sungkan untuk melakukan kegiatan bersama.

Baca: Bikin Merinding, Ini Kata Soekarno Tentang Pemuda

Dua tahun kemudian, dilaksanakan Kongres II Pemuda Indonesia, pada 27 dan 28 Oktober 1928.

Persidangan yang dilaksanakan sebanyak tiga kali diantaranya membahas persatuan dan kebangsaan Indonesia, pendidikan, serta pergerakan kepanduan.

c

Dari sini lahirlah Sumpah Pemuda.

Setidaknya ada lima kisah unik di balik Sumpah Pemuda yang dirangkum dari berbagai sumber.

Patungan Beli Kopi

Museum Sumpah Pemuda, gedung Kramat 106 menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java sejak 1925.

Tercatat Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani, Mohammad Tamzil, atau Assaat dt Moeda, pernah tinggal di sana.

Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara 40 liter beras waktu itu.

Setiap malam para mahasiswa ini berdiskusi soal berbagai hal sampai larut malam.

Jika sudah capai, mereka akan patungan duit untuk mencari kopi plus sate atau mencari soto ke Pasar Senen yang tak jauh dari kos-kosan mereka.

Baca: Membanggakan! Ikrar Sumpah Pemuda dari Sembilan Lokasi, Termasuk di Luar Negeri

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved