27 Murid SD Sakit usai Santap MBG

Soroti Pernyataan Ketua SPPG, Dosen Biokimia UPR: Keracunan Makanan Tak Mesti Mengandung Zat Kimia

Dosen Biokimia Fakultas Mipa Universitas Palangka Raya, Zahrotun Nafisah Ahmad soroti pernyataan ketua SPPG Kalteng terkait keracunan makanan

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
ISTIMEWA
KERACUNAN MASSAL - Dosen Biokimia Fakultas Mipa Universitas Palangka Raya, Zahrotun Nafisah Ahmad memiliki pandangan berbeda terkait keracunan yang dialami 27 murid SDN 3 Bukit Tunggal. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA - Belakangan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng) mendapat sorotan, setelah 27 murid SDN 3 Bukit Tunggal mengalami gejala mual, muntah, dan pusing.

27 murid itu disebut keracunan setelah mengonsumsi saus kedaluwarsa, yang disajikan bersama burger pada program MBG.

Pernyataan Koordinator SPPG BGN Kalteng, Elisa Agustino mengatakan, gejala yang dialami murid SDN 3 Bukit Tunggal itu bukan keracunan.

Menurutnya, istilah "racun" merujuk pada zat kimia berbahaya, seperti rondap hingga sianida.

“Kalau memang ada racun kimia, sampai saat ini tidak pernah ditemukan, misalnya sianida,” kata Elisa, Selasa (30/9/2025).

Namun di lain sisi, Dosen Biokimia Fakultas Mipa Universitas Palangka Raya (UPR), Zahrotun Nafisah Ahmad memiliki pandangan berbeda terkait keracunan yang dialami 27 murid SDN 3 Bukit Tunggal tersebut.

Zahrotun menegaskan, keracunan tak melulu ada zat kimia berbahaya yang terkandung di dalam makanan.

"Bisa jadi aktivitas mikroorganisme dalam makanan menyebabkan keracunan terjadi," ungkapnya.

Ia menjelaskan, mikroorganisme bisa mengalami fermentasi yang bisa menghasilkan senyawa asam laktat.

Asam laktat adalah asam organik yang dihasilkan dari metabolisme glukosa dalam tubuh, berfungsi sebagai bahan bakar sel, dan merupakan produk sampingan fermentasi anaerobik oleh bakteri.

"Dalam kondisi yang tidak terkontrol, kadar asam laktat bisa menjadi tinggi sehingga akan berbahaya jika dikonsumsi," tambahnya.

Baca juga: FAKTA Baru Seluruh Dapur MBG di Palangka Raya Belum Kantongi SLHS, Pertengahan Oktober Rampung

Baca juga: Terungkap Keracunan Massal, Kasek SDN 3 Bukit Tunggal Diminta tak Ungkap ke Media Sosial oleh SPPG

Lebih lanjut, Zahrotun membeberkan, kasus ini berbeda dengan asam laktat yang terkandung dalam yogurt atau tape (tapai), karena asam laktat pada dua makanan fermentasi itu lebih terkontrol.

Zahrotun juga menyoroti saus yang diduga kedaluwarsa. Menurutnya, kemasan makanan yang sudah kedaluwarsa itu bisa jadi sudah dalam kondisi yang kurang baik.

"Sehingga dengan mudah mikroorganisme dengan mudah masuk dan menjadikan saus itu sebagai sumber karbon untuk melakukan fermentasi tersebut," tandasnya.

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved