Berita Kotim Kalteng
Dimomen Maulid Nabi 2025, Kisah Datuk Jungkir Tetap Hidup di Tengah Masyarakat Sampit Kotim
Momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 di Kotim, Datuk Jungkir atau Kai Jungkir, tokoh berpengaruh di Kota Sampit dikenan oleh masyarakat
Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), kembali menjadi ajang masyarakat mengenang para tokoh penyebar Islam terdahulu.
Salah satunya adalah Datuk Jungkir atau Kai Jungkir, tokoh berpengaruh di Kota Sampit yang hingga kini kisah perjuangan dan karomahnya masih diceritakan lintas generasi.
Suasana di Jalan Baamang I, Kecamatan Baamang Tengah, sore itu tampak hidup.
Tawa anak-anak yang mandi di Sungai Mentaya berpadu dengan lantunan shalawat dari peringatan Maulid Nabi yang digelar masyarakat setempat.
Tak jauh dari situ, sebuah rumah tua peninggalan Kai Jungkir berdiri kokoh, menjadi saksi sejarah panjang Sampit.
Rumah bergaya kolonial yang dibangun sekitar 1946 itu masih mempertahankan bentuk aslinya.
Berdiri di atas tiang kayu ulin setinggi dua meter, bangunan berukuran 9 x 16 meter tersebut penuh dengan ukiran khas.
Pada bagian pintu utama terdapat ukiran Alamjalalah sebagai simbol keagamaan, sementara ornamen bunga kamboja, kenanga, dan teratai menghiasi teras dan tiang pendopo, melambangkan kedamaian serta perlindungan.
Indra Lesmana, juru pelihara rumah sekaligus keturunan dari Kai Jungkir, menuturkan bahwa rumah tersebut bukan sekadar peninggalan fisik.
Arsitekturnya mencerminkan kearifan lokal masyarakat tempo dulu yang paham kondisi geografis Kalimantan, termasuk ancaman banjir dan keberadaan satwa liar.
“Tiang utamanya tertanam satu meter ke tanah, ditopang puluhan tungket. Rumah ini dibangun bukan hanya untuk tempat tinggal, tapi juga sarat nilai spiritual,” ujarnya kepada Tribun Kalteng, Jumat (5/8/2025).
Sejarah Kai Jungkir tidak bisa dilepaskan dari sosok ayahnya, Datuk Sampit bin Kusin.
Datuk Sampit merupakan salah satu dari tujuh utusan Kerajaan Banjar pada awal 1920-an untuk menyebarkan Islam di Kalimantan Tengah.
Ia dikenal sebagai tokoh yang membuka lahan pertama di Kota Sampit dan menjadi panutan masyarakat.
Bahkan, sebutan “Sampit” diyakini berasal dari nama Datuk Sampit.
“Dulu orang kalau mau ke rumahnya bilangnya ‘ke Sampit’, akhirnya melekat jadi nama kota,” kata Indra.
Ketokohan keluarga Datuk Sampit membuat pihak kolonial Belanda tertarik dengan lahan yang mereka miliki.
Pada masa itu, Belanda meminjam tanah Datuk Sampit di Jalan D.I. Panjaitan untuk mendirikan pabrik kayu yang dikenal sebagai Bruynzeel, cikal bakal perusahaan kehutanan PT Inhutani.
Setelah Datuk Sampit wafat, tanggung jawab diwariskan kepada Kai Jungkir.
Belanda kembali meminta perluasan lahan hingga ke tepian Sungai Mentaya. Meski setuju, Kai Jungkir memberi syarat bahwa rumah peninggalan ayahnya tidak boleh diubah sedikit pun saat dipindahkan.
Hingga kini, bekas paku pada papan rumah masih menjadi bukti proses pemindahan itu.
Kai Jungkir juga dikenal memiliki kedekatan dengan Kerajaan di Istana Kuning Pangkalan Bun.
Salah satu kisah karomahnya yang paling terkenal adalah ketika ia menggagalkan rencana pengeboman Belanda.
Dengan memutar sebuah ranting ke langit, wilayah Sampit yang menjadi target justru terlihat seperti lautan, sehingga pesawat Belanda mengurungkan aksinya.
“Setelah itu, nama Kai Jungkir semakin harum. Beliau diyakini mendapat perlindungan Allah, sehingga Sampit terhindar dari bencana besar,” tambah Indra.
Kai Jungkir wafat pada 1948 dan dimakamkan tepat di depan rumahnya.
Hingga kini, makam tersebut kerap diziarahi masyarakat, terutama saat momen keagamaan seperti Maulid Nabi.
Banyak warga berdoa sambil mengenang jasa beliau dalam menyebarkan Islam dan menjaga Sampit dari ancaman penjajah.
Nama “Jungkir” sendiri diberikan karena saat lahir ia keluar dengan posisi kaki terlebih dahulu. “Dari situlah beliau dikenal dengan panggilan Jungkir,” jelas Indra.
Kini, meski rumah Kai Jungkir telah ditetapkan sebagai cagar budaya, kondisinya mulai mengalami kerusakan, khususnya di bagian dapur yang roboh hingga 25 persen.
Baca juga: Lapas Sampit dan Warga Binaan Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW Dengan Khidmat
Baca juga: Hadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H, Rudini: Mari Rajut Kebersamaan Dalam Keberkahan
Upaya perbaikan sudah diusulkan, namun masih terkendala dana dari pemerintah daerah.
“Semoga di momen Maulid Nabi ini, perhatian terhadap warisan sejarah dan tokoh Islam seperti Kai Jungkir semakin meningkat. Sebab, perjuangan beliau adalah bagian dari perjalanan keislaman dan identitas masyarakat Sampit,” tutup Indra
Kasus Pencurian Buah Sawit Masih Marak, 104 Orang Ditangkap Polres Kotim Sepanjang 2025 |
![]() |
---|
Puluhan Rumah Desa Beringin Tunggal Jaya Kotim Kalteng Terendam Banjir, Jalan Poros Ikut Lumpuh |
![]() |
---|
Lapas Sampit dan Warga Binaan Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW Dengan Khidmat |
![]() |
---|
Remaja Perempuan Warga Desa Parebok Kotim Dilaporkan Hilang, Polisi dan Keluarga Lakukan Pencarian |
![]() |
---|
Kapolsek Mentaya Hulu Kotim Klarifikasi Video Viral Ketegangan Polisi dan Warga di Perkebunan Sawit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.