Viral Perjuangan Guru di Sampit Kalteng

Honor Rp500 Ribu, Ongkos Perahu Rp300 Ribu, Dita: Guru Bukan Semata Profesi tapi Panggilan Hati

Kisah Guru Dita, viral ketika postingan video perjuangan guru di SDN 6 Mentaya Seberang, Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur Kalteng.

Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Haryanto
Tangkapan Layar Akun Tiktok/@mikasaacrkman
KOLASE Guru Dita atau Rabiyatul Dwi Andita, viral ketika postingan video perjuangan guru di SDN 6 Mentaya Seberang, Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng).  

Meski demikian, ia mengaku ijazah kuliahnya belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendaftar posisi formal sebagai guru.

Setiap hari, Guru Dita berangkat pukul 06.00 WIB dan tiba di sekolah pukul 07.00 WIB. 

Waktu pulang bergantung pada kelas yang diajar, kelas rendah pukul 12.00 WIB dan kelas tinggi sekitar pukul 13.00 WIB. 

"Semua guru selalu pulang bersama karena harus menunggu seluruh jadwal mengajar selesai," bebernya.

Dirinya berharap kesejahteraan guru honorer, khususnya yang bertugas di pedalaman, mendapat perhatian lebih dari pemerintah. 

Ia juga bertekad terus mendampingi anak-anak agar memiliki masa depan yang lebih cerah.

“Kita sebagai guru adalah akar dari generasi bangsa. Bagaimana mungkin pohon bisa berdiri kokoh tanpa akar? Jadi jangan menyerah untuk mencerdaskan anak-anak bangsa,” tegas Dita. 

Baginya, kebahagiaan seorang guru sejati adalah ketika melihat murid-muridnya berhasil meraih mimpi mereka, meski harus menembus hujan dan menyeberangi sungai setiap hari demi pendidikan anak-anak pedalaman. 

Sebagai guru, ia berpendapat semua anak berhak belajar, apalagi para muridnya yang tinggal jauh di pelosok. 

Sejak dua tahun mengabdi, Dita merasakan suka duka yang luar biasa. 

Ia bahagia melihat semangat belajar anak-anak yang tinggi meski penuh keterbatasan. 

Namun, tantangan besar juga selalu mengintai, mulai dari keterbatasan fasilitas hingga akses yang sulit.

“Keterbatasan fasilitas, akses yang sulit, serta gaji yang sangat kecil memang jadi tantangan tersendiri". 

"Kadang harus lebih sabar dan kreatif. Tapi semua itu terbayar dengan senyuman anak-anak dan dukungan masyarakat sekitar,” tuturnya.

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved