Serangan Buaya Mentaya Hilir Utara

BKSDA Sampit Gerak ke Desa Bagendang Tengah, 4 Serangan Buaya di Mentaya Hilir Utara Kotim Kalteng

Balai konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit, Kotim Muriansyah mengatakan pihaknya akan secepatnya ke lokasi. Pascar serangan buaya Kotim Kalteng.

ISTIMEWA BPBD Kotim
SELAMAT DARI SERANGAN BUAYA- Balai konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit, Kotim Muriansyah mengatakan pihaknya akan secepatnya ke lokasi. Pascar serangan buaya Kotim Kalteng. 

Kasus pertama terjadi pada Januari di Sungai Pasir, Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit. 

"Kejadian itu ada dua orang warga menjadi korban dengan luka di bagian kaki dan tangan," ujar Muriansyah saat dihubungi oleh Tribunkalteng.com, Sabtu (3/5/2025). 

Lanjutnya, kemudian pada April lalu, terjadi lagi serangan di Desa Hanaut, Kecamatan Pulau Laut, yang menyebabkan satu orang warga meninggal dunia. 

Dia menuturkan, meningkatnya konflik saat ini disebabkan oleh kerusakan habitat buaya yang berdampak pada ketersediaan pakan alami. 

“Dari tiga kejadian yang kami temukan di Kabupaten Kotawaringin Timur, penyebab konflik antara manusia dan buaya adalah rusaknya habitat buaya yang berdampak pada berkurangnya pakan alami. Akibatnya, buaya berpindah ke perairan permukiman dan menetap di sana," bebernya. 

la mengidentifikasi, tiga penyebab utama yang mendorong buaya mendekati pemukiman warga. Pertama, adanya aktivitas pemeliharaan ternak di atas atau di tepi sungai. 

Kedua, kebiasaan warga membuang bangkai binatang ke sungai. Ketiga, pembuangan sampah rumah tangga ke sungai. 

Untuk mencegah konflik, Muriansyah mengimbau warga agar lebih berhati-hati, khususnya saat beraktivitas di sungai. 

“Tidak lupa, kami mengimbau warga yang biasa beraktivitas di Sungai Mentaya dan anak-anak sungainya agar selalu berhati-hati, terutama pada malam hari," terangnya. 

Ia juga berpesan, masyarakat jangan membuang bangkai binatang, dan hindari memelihara ternak di atas atau di tepi sungai.

Termasuk, menghindari melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci di sungai. 

Dirinya menegaskan, bahwa saat ini pihaknya lebih fokus pada edukasi kepada masyarakat daripada sekadar menangkap buaya. 

“Selama ini kami berusaha menangkap buaya yang masuk ke perairan permukiman, tetapi hasilnya kurang maksimal. Sekarang, fokus utama kami adalah edukasi kepada masyarakat," ungkapnya. 

Karena menurutnya meskipun pihaknya menangkap satu, dua, bahkan sepuluh ekor buaya, itu tidak menjamin serangan tidak akan terjadi. 

Dia memberi contoh seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu yang terakhir di Hanaut. 

Saat itu korban sedang mandi di Sungai Mentaya saat diserang. Jadi, katanya, edukasi menjadi langkah yang paling penting. 

"Terakhir saya berharap masyarakat semakin sadar akan bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan membuang sampah dan bangkai, serta memelihara ternak di sekitar sungai," tutupnya. 

(Tribunkalteng.com/Herman Antoni Saputra)

Sumber: Tribun Kalteng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved