Berita Seruyan

Lebaran 2025 Tenang di Desa Suka Maju Seruyan Kalteng, Perayaan Sederhana Berbeda dari Kota

Lebaran di Desa Suka Maju, Kecamatan Seruyan Tengah Kalteng sungguh berbeda dari kota besar, kekeluargaan dan lebih sederhana perayaannya

Penulis: Arai Nisari | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM/ARAI NISARI
LEBARAN - Anak-anak Desa Suka Maju berkeliling menggunakan sepeda listrik di jalanan tanah yang licin, merayakan kebersamaan Lebaran dengan penuh keceriaan. Selasa (1/4/2025). 

TRIBUNKALTENG.COM, SERUYAN – Lebaran di Desa Suka Maju, Kecamatan Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng), berlangsung dengan suasana yang berbeda dari kota-kota besar.

Sebagai salah satu desa transmigrasi, perayaan Idul Fitri 2025 di sini lebih sederhana dan jauh dari kemeriahan perkotaan.

Tak ada pusat perbelanjaan yang ramai atau arus mudik yang padat.

Yang ada hanya ketenangan desa dengan jalanan tanah masih basah setelah diguyur hujan.

Hujan turun sejak hari pertama Lebaran membuat jalanan di desa semakin sulit dilewati.

Tanah merah menjadi akses utama berubah menjadi becek, meninggalkan jejak kaki dan roda motor warga masih beraktivitas.

Meski begitu, beberapa warga tetap melanjutkan tradisi silaturahmi, meski hanya mengunjungi rumah tetangga terdekat.

“Di sini memang Lebaran tidak terlalu ramai seperti di kota," ujar Yanto, saat ditemui oleh Tribunkalteng.com, Selasa (1/4/2025).

Menurutnya, perayaan di desa lebih sederhana, namun tetap penuh kebersamaan.

Tidak banyak aktivitas yang terlihat di hari kedua Lebaran ini.

Jika di kota-kota besar masyarakat masih sibuk dengan open house dan wisata Lebaran, di Suka Maju, suasana cenderung tenang.

Hanya sesekali terdengar suara motor melewati jalan tanah yang licin atau anak-anak tampak berjalan-jaln menikmati suasana lebaran.

Meski jauh dari kota, sajian makanan Lebaran tetap menjadi bagian penting dalam perayaan.

Setiap rumah menyajikan hidangan khas sesuai dengan asal daerah masing-masing.

Ada yang memasak opor ayam dan sambal goreng ala Jawa, sementara lainnya menyajikan masakan khas Dayak atau Lombok.

Keberagaman ini mencerminkan latar belakang para warga datang dari berbagai daerah untuk menetap di desa transmigrasi ini.

"Walaupun jauh dari kampung halaman, kami tetap mempertahankan tradisi dengan hidangan khas daerah masing-masing," kata Aminah yang berasal dari Lombok.

Sebagai desa transmigrasi, Suka Maju dihuni oleh penduduk dari berbagai daerah yang merantau untuk mencari kehidupan baru.

Hal ini membuat tradisi Lebaran di desa ini beragam, tergantung dari asal para warganya.

Namun, satu yang pasti, meskipun jauh dari kampung halaman, mereka tetap berusaha menjaga tradisi Idul Fitri dengan cara masing-masing.

Jaringan internet yang sering terputus, terutama saat hujan , membuat warga lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga secara langsung.

Tidak seperti di kota, di mana banyak orang sibuk dengan media sosial, di desa ini interaksi lebih banyak dilakukan secara tatap muka.

Lebaran di Suka Maju memang tidak semewah dan seramai di kota, tetapi justru di situlah letak keistimewaannya.

Kesederhanaan, ketenangan, dan kebersamaan menjadi hal utama membuat Idul Fitri tetap terasa bermakna bagi warga desa.

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved