Kisah Sukses Perajin Jawet Niang

Kisah Sukses Jawet Niang Perajin Rotan Asal Kapuas Kalteng Turun Temurun hingga Generasi Keempat

Kisah sukses Jawet Niang perajin rotan asal Kapuas Kalteng generasi keempat karyanya ataupun produknya sudah menjajal pasaran hampir seluruh Indonesia

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Dok Tribunkalteng.com
Niang saat diwawancarai Tribunkalteng.com di Galerinya Jawet Niang di Kota Palangkaraya, belum lama ini. 

Pelatihan itu diadakan oleh Dinas Perdagangan dan Perindutrian (Disdagperin) Kalteng. Dari pelatihan itulah Niang belajar membuat produk anyaman rotan yang dipadukan dengan bahan kulit. 

Tak berhenti di situ, dia masih tekun mempraktikan ilmu yang didapatnya selama pelatihan.

“Melihat prospeknya cukup bagus saya melanjutkan belajar sendiri, awal 2015, saya coba membuat dompet dari kulit dan rotan. Saya butuh waktu seharian untuk membuat dompet yang sederhana itu. Tetapi, saya bersyukur pertama kali mencoba ternyata dompet yang saya buat dihargai oleh teman saya Rp 200 ribu,” tuturnya.

Setelah produk pertama yang dibuatnya dari rotan dan kulit diakui oleh orang lain, Niang coba membuat produk anyaman rotan dan kulit lebih sering. 

Sebelum ada galeri Jawet Niang, dia menjual hasil karyanya di toko-toko yang bersedia menampung produknya. Hingga akhirnya dia mampu berdiri sendiri dan menjual produknya di galeri Jawet Niang.

Di awal mendirikan Jawet Niang ini, Dia bersama suaminya mengerjakan segalanya sendiri, mulai dari mencari bilah rotan yang masih bulat, memisahkan bagian kulit luar dan inti rotan, menghaluskan inti rotan, hingga memastikan konsistensi panjang dan lebar rotan yang digunakan sebagai bahan baku anyaman.

Dalam perjalanan mengembangankan usahanya, Niang menghadapi sejumlah kendala. Satu di antaranya ketika pandemi Covid-19 menyerang Kalteng sekira 2020. Saat itu, omzet Jawet Niang turun lebih dari 50 persen.

Beruntung, berkat komitmen dan kerja keras Niang, galeri Jawet Niang mampu bertahan sampai saat ini. Bahkan lebih berkembang, mulai dari mengerjakan segalanya sendiri, kini Niang sudah bisa menggajih 6 pengrajin anyaman rotan.

Meski Jawet Niang sudah berkembang pesat, keahlian Niang dalam menganyam rotan tak hilang. Hal itu berkat kecintaannya dan keinginannya yang kuat untuk melestarikan budaya anyaman rotan.

Saat ditemui Tribunkalteng.com, Niang yang juga merupakan seorang pengajar PAUD di Palangka Raya ini baru saja pulang dari sekolah. 

Saat siang menjelang sore, setelah menceritakan perjalanannya bersama anyaman rotan, Niang memperlihatkan kebolehannya menganyam rotan.

Jari jemarinya nampak begitu lihai menyilangkan dua sumbu anyaman rotan yang dibentangkan secara diagonal. Dua sumbu anyaman rotan itu dia silang dengan teliti. 

Di usianya yang hampir setengah abad, matanya masih tajam memastikan setiap sumbu rotan yang disilangkan tak salah sehingga bisa membentuk motif rotan khas dayak. Teknik yang digunakan Niang sore itu adalah anyaman sasag, teknik yang relatif mudah bagi pemula.

Teknik sasag ini yang tengah dipelajari dua anak Niang. Karena kecintaanya pada tradisi anyaman rotan, dia berharap anak-anaknya kelak melanjutkan usaha Jawet Niang generasi kelima.

“Jawet Niang ini bagi saya bukan sekedar bisnis keluarga, tapi juga upaya melesatarikan anyaman rotan sekaligus membantu para pengrajin rotan. Tentu saya berharap bisnis ini nanti dilanjutkan oleh anak-anak saya,” ungkap Niang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved