Berita Palangkaraya
Simpan Banyak Benda Bersejarah, Masyarakat Lokal Minim Kunjungi Museum Balanga Palangkaraya
Kalteng memiliki banyak tempat wisata sejarah di antaranya Museum Balanga Palangkaraya yang ada di Ibu Kota Kalimantan Tengah.
Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Kalimantan Tengah atau Kalteng memiliki banyak tempat wisata sejarah di antaranya Museum Balanga Palangkaraya.
Objek wisata Museum Balanga Palangkaraya banyak menyimpan benda bersejarah Kalteng, sayangnya masih kurang diminati warga lokal untuk dikunjungi.
Catatan sejarah pendirian Provinsi Kalteng dan penjelasan tentang suku dayak serta ritual dan alat-alat yang digunakan semuanya ada di Museum Balanga Palangkaraya.
Nama wisata sejarah satu ini diambil dari kata Belanga benda yang bentuk fisiknya seperti guci.
Belanga di pilih karena ketika museum bersejarah ini diresmikan pada tahun 1977 banyak koleksi Belanga di dalamnya.
Dahulu Suku Dayak menggunakan Belanga sebagai tempat untuk menaruh perhiasan dan harta benda ada juga yang menggunakannya sebagai wadah tuak atau minuman fermentasi khas Dayak.
Masyarakat Suku Dayak memakai Belanga sebagai simbol kepada tuhan atau leluhur, manusia dan makhlul lainnya di dunia.
Penjelasan soal Belanga hanya segelintir kisah menarik dari cerita lainnya di Museum Belanga .
Namun cerita leluhur Kalteng yang tercatat di dalam Museum Balanga nampaknya tak cukup menarik bagi warga lokal.
Staf Museum Balanga, Sukarti menyampaikan, pengunjung yang datang banyak dari kalangan pelajar dan mahasiswa bahkan turis asing juga tak jarang berkunjung ke wisata sejarah ini.
"Kalau dari masyarakat lokal di luar pelajar dan mahasiswa hanya ada turis asing, kalau masyarakat lokal jarang," ungkap Sukarti, Selasa (23/4/2024).
Sukarti berharap masyarakat lokal bisa lebih peduli dan berminat untuk berkunjung ke Museum Balanga.
Karena di museum yang pernah selamat dari dua kali kejadian kebakaran ini terdapat informasi sejarah pendirian, keragaman alam dan budaya di Kalteng yang terkenal dengan filosofi huma betang.
Huma betang merupakan sebutan untuk rumah panjang khas suku dayak, di dalam rumah itu biasanya terdapat lebih dari lima kepala keluarga bahkan tak jarang ada yang lebih banyak.
Suku dayak berkumpul dalam satu rumah panjang dengan sifat dan kepentingan yang berbeda-beda namun mereka tetap saling menghargai dalam huma betang.
Dengan filosofi huma betang masyarakat di Kalteng hidup dalam satu harmoni dengan saling menghargai perbedaan satu sama lain.
Sukarti membeberkan sejarah tentang huma betang yang kemudian menjadi filosofi hidup suku dayak dan masyarakat di Kalteng yang ada dijelaskan di Museum Balangan perlu untuk ditanamkan sejak dini.
Bukan hanya karena tugas dan agenda sekolah saja tapi murni karena kesadaran akan pentingnya mengetahui sejarah di Museum Balanga.
"Kita memang tidak bisa memaksa pengunjung tapi kami berupaya melakukan inovasi untuk pengunjung," jelas Sukarti.

Berbagai cara sudah di lakukan pihak Museum Balanga namun masih belum ada yang bisa menarik banyak pengunjung.
Baca juga: Wisata Kalteng, Masjid dan Makam Kiai Gede Kotawaringin Lama Kobar Menyimpan Banyak Sejarah
Meski begitu Sukarti menegaskan pihaknya terus mencari ide untuk membuat masyarakat juga tertarik belajar sejarah Kalteng di Museum Balanga.
"Semoga ke depan bisa seramai wisata-wisata lainnya, karena mengetahui sejarah leluhur sendiri itu sangat penting," ujarnya. (*)
Palangka Raya Resmi Jadi Tuan Rumah Kongres GMNI XXIII Tahun 2028, Ada Historisnya |
![]() |
---|
Tak Ada Anggaran Tambahan, Pemprov Targetkan RTH Eks KONI Kalteng Selesai Paling Lambat Desember |
![]() |
---|
Panen Jagung di Pekarangan Polresta Palangka Raya, Achmad Zaini: Bukti Bisa Bertani di Tengah Kota |
![]() |
---|
Simpan 24 Paket Sabu, Napi Rutan Kelas IIA Ditangkap Satresnarkoba Polresta Palangka Raya |
![]() |
---|
Pemprov Kalteng Bakal Kaji Pelanggaran Aturan dan Kerusakan Lingkungan oleh 7 Perusahaan Tambang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.