Guru Danau Meninggal Dunia
Guru Danau KH Asmuni Meninggal Dunia, ini Suasana Pemakaman di Hulu Sungai Utara Kalsel
Pemakaman Abah Guru Danau KH Asmuni, Jumat 2 Februari 2024 pukul 16.30 wita di Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Jamaah yang bertempat tinggal di kawasan Amuntai, Paringin, atau yang berada di kawasan Kalimantan Tengah memiliki persiapan yang lebih luas untuk menghadiri pengajian di Mabuun.
Jarak waktu pengajian yang ditetapkan oleh Guru Danau ini cukup membantu sebagian jamaah pengajiannya yang merupakan orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah.
Bagi murid-muridnya yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas, mendatangi pengajian di Mabuun bukan merupakan persoalan karena mereka memiliki kendaraan pribadi yang dapat digunakan setiap saat.
Karena itu, tidak mengherankan, jika sekitar pengajian Guru Danau di Mabuun berjejer mobil dengan jumlah mencapai ratusan buah.
Materi pengajian yang disampaikan oleh Guru Danau di beberapa pengajiannya meliputi materi tauhid, fiqih, tasawuf, hadis, tafsir, kisah-kisah dan lainnya. Dari beberapa kitab yang dikaji, materi tasawuf tampaknya lebih dominan.
Beberapa kitab yang pernah diajarkan oleh Guru Danau di pengajiannya, diantaranya adalah Irsyad al-‘Ibad (Zainuddin al-Malibari), Nasha`ih al-‘Ibad (Nawawi al-Bantani), Muraqi al-‘Ubudiyyah (Nawawi al-Bantani), Risalah al-Mu’awanah (Abdullah al-Haddad), Nasha`ih al-Diniyyah (Abdullah al-Haddad), Tuhfah al-Raghibin (Muhammad Arsyad al-Banjari), Syarah Sittin (Ahmad Ramli), Tanqih al-Qawl (Nawawi al-Bantani).
Dilihat dari daftar kitab yang digunakan, Guru Danau lebih banyak menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab daripada kitab Arab-Melayu. Walaupun begitu, pengajiannya tetap mudah diikuti oleh jamaah karena isi kitab-kitab itu diterjemahkan dan diberi penjelasan yang ‘ringan’ oleh Guru Danau.
Cara penyampaian Guru Danau dalam pengajian maupun ceramahnya cukup unik. Guru Danau termasuk ulama yang sangat humoris.
Dalam setiap ceramah atau pengajiannya dia selalu menyampaikan cerita-cerita lucu, jokes, pantun-pantun, dan singkatan yang diplesetkan yang memancing tawa.
Bahkan, Guru Danau tidak segan bercanda dengan murid-muridnya yang berada pada baris depan. Baginya, humor itu penting disisipkan dalam ceramah pengajian agar orang awam dan orang tua dapat terus mengikuti pengajian tanpa merasa bosan dan berat.
Dalam menyajikan isi kitab pengajian, Guru Danau hanya membaca beberapa baris saja. Tetapi penjelasannya cukup luas dan terkadang tidak selalu terfokus dan relevan dengan substansi kitab atau teks yang dibaca karena banyak disisipi oleh cerita, humor, ilustrasi, canda dan sebagainya. Teknik seperti ini tampaknya sangat disukai oleh jamaahnya.
Selain mendapat tuntunan, mereka juga mendapat ‘hiburan’ yang menyenangkan. Teknik ini merupakan salah satu daya tarik orang untuk menghadiri pengajian Guru Danau.
Cara penyampaian Guru Danau juga didukung oleh bahasa yang dominan digunakannya, yaitu bahasa Banjar. Bahasa ini merupakan bahasa yang digunakan mayoritas jamaahnya.
Penggunaan bahasa lokal ini kemudian dibumbui dengan contoh-contoh dan Ilustrasi-ilustrasi yang pas dengan kondisi lokalitas sosiobudaya dan keseharian masyarakat sekitar sehingga isi ceramahnya sangat merakyat. Dengan cara seperti ini materi yang disampaikannya mudah dipahami oleh jamaahnya yang berasal dari berbagai lapisan sosial.
Ada kenangan bagi Abah Guru Danau KH Asmuni, sosok ulama dari Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan.
Mengutip dari tulisan Mujiburrahman, Abidin, & Rahmadi, 2012, beliau meneruskan studinya di tingkat atas (aliyah/ulya) di Pesantren Darussalam Martapura (tamat tahun 1977).
Selama belajar di Martapura, selain belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama (tuan guru) yang bertebaran di Martapura.
Salah satu ulama Martapura tempatnya belajar adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Ijai (w. 2005), salah satu ulama karismatik yang disebut juga dengan nama Guru Sekumpul.
Setelah tamat di pesantren Darussalam, Guru Danau sempat pulang ke kampung halamannya. Tidak lama kemudian, pada tahun 1978, atas anjuran Guru Ijai dia kembali belajar di Pesantren Datuk Kalampaian Bangil di Jawa Timur.
Di sini dia belajar dengan ulama Karismatik keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, yaitu Kyai Haji Muhammad Syarwani Abdan (w.1989).
Secara rutin dia tetap mengikuti pengajian Guru Ijai di Martapura baik ketika masih di Keraton maupun setelah pindah ke Sekumpul.
Guru Danau terus mengikuti pengajian Guru Ijai sampai sang guru meninggal dunia pada tahun 2005.
Ketika ingin membuka pengajian, Guru Danau terlebih dahulu meminta izin kepada Guru Ijai. Sang Guru mengizinkan dengan syarat tidak boleh bapintaan (meminta dana dari masyarakat), harus memakai halat (dinding) yang memisahkan laki-laki dan perempuan, dan harus ikhlas. Agar seorang guru dapat ikhlas mengajar, dia harus memiliki kemandirian ekonomi.
Dengan kemandirian ini, seorang guru dapat berkonsentrasi mengajar dan berdakwah tanpa mengharap imbalan uang.
Guru Danau membuka pengajian agama di Desa Bitin pada tahun 1978 (sebelum menikah) dan mengajar di Pesantren Salatiah.
Pada tahun 1980, dia kembali membuka pengajian di kampung halamannya sendiri, Danau Panggang.
( Tribunkalteng.com / Banjarmasinpost)
Presiden Jokowi Turut Berduka Atas Meninggalnya Guru Danau, ini Situasi Prosesi Pemakaman KH Asmuni |
![]() |
---|
Guru Danau KH Asmuni Bersama Guru Sekumpul hingga Guru Zuhdi Ada di Daftar Ulama Banjar Kalsel |
![]() |
---|
Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor Berduka, Abah Guru Danau KH Asmuni Meninggal Hari ini |
![]() |
---|
Pemakaman Guru Danau KH Asmuni, Ulama di Hulu Sungai Utara Kalsel Meninggal Hari ini |
![]() |
---|
Guru Danau KH Asmuni Meninggal Dunia, Ucapan Duka Sekda Hulu Sungai Utara Kalsel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.