Tubuh Bocah Dibawa Buaya di Kobar

Walhi Kalteng Sebut Buaya Serang Manusia, Dampak Lingkungan Rusak Memaksa Predator Cari Habitat Baru

Serangan buaya seluyong terhadap Warga Mendawai di Sungai Arut Kabupaten Kotawaringin Barat mendapat perhatian Wahana Lingkungan atau Walhi Kalteng.

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Fathurahman
TribunKalteng.com / Ahmad Supriandi
Direktur Walhi Kalteng, Bayu Herinata menyoroti kerusakan habitat buaya, Senin (27/11/2023). Dia mengungkapkan, serangan buaya ke manusia diduga akibat habitatnya rusak sehingga predator sungai tersebut terpaksa mencari habitat baru. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Serangan buaya seluyong terhadap Warga Mendawai di Sungai Arut Kabupaten Kotawaringin Barat mendapat perhatian Wahana Lingkungan atau Walhi Kalteng.

Direktur Walhi Kalteng Bayu Herinata, menyoroti, kejadian memilukan yang menimpa seorang bocah Warga Mendawai Kobar bernama Habill Yana Pranata (10).

Walhi Kalteng menilai, terjadinya serangan buaya terhadap bocah Warga Mendawai Kobar tersebut tak lepas akibat kerusakan lingkungan yang menjadi habitat buaya.

"Kerusakan lingkungan berpengaruh pada ekosistem, sehingga membuat buaya mencari habitat baru," ucap Bayu saat diwawancara Tribunkalteng.com, Senin (27/11/2023).

Baca juga: Guncangan Gempabumi 4,7 SR di Malang Jawa Timur, Senin 27 November 2023 Sore Terasa Hingga 6 Wilayah

Baca juga: Pernah Dirawat di RSJ Pontianak Diduga Depresi, Pemuda Kubu Raya Akhiri Hidup Secara Tak Wajar

Baca juga: Bayi Laki-laki Masih Bertali Pusar, Ditemukan di Warung Makan Banua Anyar RT 15 Banjarmasin Timur

Seperti diketahui, Warga Mendawai Seberang Kobar dihebohkan dengan peristiwa buaya menyerang bocah 10 tahun ketika sedang bermain di Sungai Arut Kobar.

Jenis buaya yang menyerang adalah buaya seluyong, jenis yang jarang terdengar menyerang manusia, apalagi di daerah pemukiman warga.

Menurut Pengamat Satwa Liar, Budi Suryani buaya tersebut biasanya memangsa ikan dan primata kecil seperti monyet.

Lokasi kejadian buaya menyerang manusia juga bukan tempat buaya muara tersebut sering terlihat.

Budi yang juga Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Tanjung Puting Wilayah II Kuala Pembuang menjelaskan habitat yang rusak membuat buaya tersebut bisa sampai ke pemukiman warga.
"Teritorialnya terganggu dan tidak memiliki habitat aman untuk mereka sehingga membuat buaya tersebut ke pemukiman warga," ujarnya.

Bayu juga berpendapat,  kerusakan lingkungan gambut dan kebakaran hutan hingga berpengaruh pada ekosistem Sungai Arut.

Aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan yang merusak habitat mangsa buaya juga menjadi faktor penyebab buaya menyerang manusia.

"Tempat biasa buaya mencari mangsa sudah tidak ada lagi," tutur Bayu.

Bayu juga menyoroti akibat dari kerusakan lingkungan jangka panjang tidak diantisipasi sering terjadi konflik dengan manusia.

"Kejadian ini merupakan akibat jangka panjang dari pembukaan lahan yang membuat ekosistem gambut dan hutan," jelasnya.

Aktivitas tambang di hulu Sungai Arut dan pesisir juga berpengaruh terhadap rusaknya habitat mangsa buaya hingga harus mencari habitat baru.

"Naluri alami hewan tidak bisa hidup berdampingan dengan aktivitas manusia," tutur Bayu.

Bayu menambahkan ini menjadi tanggung jawab instansi terkait untuk mengantisipasi perubahan perilaku satwa liar karena habitatnya rusak.

"Yang diantisipasi hanya dampak secara langsung,  tapi dampak jangka panjangnya tidak," pungkasnya.(*)

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved