Tubuh Bocah di Bawa Buaya di Kobar

Pasca Bocah Diterkam, Penampakan Buaya Lain Muncul di Sungai Arut Kobar, BKSDA Pasang Perangkap

Pasca tragedi bocah 10 tahun yang diterkam buaya di Sungai Arut Kobar, penampakan kemunculan buaya lainnya terlihat oleh warga, BKSDA pasang perangkap

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
BKSDA SKW II Pangkalan Bun untuk Tribunkalteng.com
Personel BKSDA SKW II Pangkalan Bun bersiap memasang perangkap kemunculan buaya di Sungai Arut Kobar, Kalteng pasca tragedi bocah diterkam buaya, Senin (27/11/2023). 

TRIBUNKALTENG.COM, PANGKALAN BUN – Pasca tragedi bocah 10 tahun yang diterkam buaya, selang sehari Minggu (26/11/2023). Kembali muncul Penampakan Buaya lainya jenis muara di Sungai Arut Kobar, Kalimantan Tengah (Kalteng).

Hal itu dibenarkan Kepala SKW BKSDA Pangkalan Bun, Dendi Setiawan kepada Tribunkalteng.com.

Jelas Dendi, pihaknya pada Senin (27/11/2023) menyiapkan perangkap, usai menerima laporan dari warga RT 5 Mendawai Seberang akan kemunculan buaya lainnya.

"Kami siapkan kerangkeng dan umpan, kami upayakan untuk ditangkap," ujarnya.

Menurut Dendi, fenomena kemunculan buaya di Sungai Arut Kobar Sabtu (25/11/2023) lalu, menandakan adanya perubahan perilaku menjadi agresif karena buaya terganggu dengan aktivitas manusia.

"Sumber makanan yang berkurang juga menjadi faktor," ucap Dendi.

Baca juga: Buaya Riska Gagal Dikembalikan ke Pak Ambo di Bontang, Ini Alasan BKSDA Kaltim

Baca juga: Buaya Betina Sungai Arut Kobar Disetrum, Perutnya Dibelah Tapi Tak Ada Tubuh Habil, ini Kata BKSDA

Terangnya, buaya memiliki sifat alami sebagai salah satu predator di yang hidupnya berada di sungai termasuk di Sungai Arut Kobar.

"Anak kecil yang mandi di Sungai Arut bisa dianggap sebagai mangsa karena sifat alaminya," terang Dendi.

Dendi mengatakan, buaya berukuran lebih dari 2 meter yang menyerang warga pada Sabtu (25/11/2023), adalah jenis yang berbeda dengan buaya yang sering muncul di Sungai Arut.

"Yang biasa muncul di Sungai Arut adalah Buaya Muara, yang menyerang kemarin buaya sapit/sinyulong, koloninya berbeda," katanya.

Dendi berharap, masyarakat dapat menjaga alam agar tidak terjadi perubahan perilaku satwa liar menjadi lebih agresif. "Kita jaga alam, alam jaga kita," tegas Dendi.

Bangkai buaya Sungai Arut Kobar yang dibunuh warga karena diduga menelan jenazah bocah warga Mendawai Seberang dikuburkan, Minggu (26/11/2023).
Bangkai buaya Sungai Arut Kobar yang dibunuh warga karena diduga menelan jenazah bocah warga Mendawai Seberang dikuburkan, Minggu (26/11/2023). (BKSDA Pangkalan Bun untuk Tribunkalteng.com)

Jelasnya kembali, kawasan Mendawai Seberang merupakan salah satu desa penyangga ekosistem Sungai Arut Kobar yang merupakan habitat buaya.

"Kebiasaan membuang sampah di sungai menjadi satu di antara pemicu buaya menjadi agresif," ungkap Dendi.

Dendi juga menghimbau agar masyarakat tidak memelihara ternak di sekitar Sungai Arut. Sebab menjadi faktor pemicu buaya muncul di sekitaran sungai tersebut.

"Bau amis dari hewan ternak bisa mengundang buaya muncul," ujarnya.

Baca juga: Pencarian Bocah yang Dibawa Buaya Dalam Mulutnya di Sungai Arut Kobar Masih Dilakukan

Baca juga: Sebelum Diterkam Buaya di Sungai Arut Kobar, Korban Sempat Teriak Minta Tolong Pada Temannya

Dirinya mengatakan ekosistem Sungai Arut yang rusak akibat ulah manusia juga menjadi pemicu konflik buaya dengan manusia.

"Mendawai Seberang sudah banyak beralih fungsi yang dulu habitat buaya," pungkasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved