Aset Hotel Armani Muara Teweh Disita, Buronan Fredy Pratama Nikahi Anak Bos Kartel Narkoba

Beberapa hari lalu Mabes Polri melalui Polda Kalteng menyegel dan menyita Hotel Armani Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara

Editor: Dwi Sudarlan
Tribunnews/Tribun Medan
Fredy Pratama, gembong narkoba dunia asal Banjarmasin yang kini diburu Mabes Polri. Asetnya di Kalteng, Hotel Armani Muara Teweh disita polisi. 

TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - Beberapa hari lalu Mabes Polri melalui Polda Kalteng menyegel dan menyita Hotel Armani Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara.

Penyitaan Hotel Armani Muara Teweh itu diduga terkait kasus gembong narkoba asal Banjarmasin, Kalsel, Fredy Pratama alias Miming.

Saat ini Fredy Pratama berstatus buronan Mabes Polri dan Interpol terkait kasus dugaan peredaraan narkoba lintas negara.

Di Kalteng, polisi menyita 9 berupa tanah dan bangunan termasuk Hotel Armani Muara Teweh.

Baca juga: Hotel Armani Muara Teweh Disegel Polda Kalteng, Diduga Terkait Gembong Narkoba Fredy Pratama

Baca juga: Sosok Eks Kasatresnarkoba Polres Lampung Selatan AKP Andri Gustami Terlibat Jaringan Fredy Pratama

Baca juga: Fredy Pratama Diburu Polisi, Aset Rp 43,930 Miliar Mulai Shanghai Palace Hingga Beluga Cafe Disita

Hotel itu kabarnya dimiliki Lian Silas, ayah Fredy Pratama yang juga telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang menjerat anaknya.

Kabarnya, Fredy Pratama ternyata menantu salah seorang bos kartel narkoba di kawasan segitiga emas Asia Tenggara, yakni sebagian Burma, Laos dan Thailand serta China.

Dalam sejarahnya, wilayah triangle ini merupakan penghasil opium untuk pasar dunia sejakabad ke-16 dan ke-17.

“Mertuanya Fredy kan kartel di sana (segitiga emas),” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Mukti Juharsa saat dihubungi wartawan, Sabtu (16/9/2023).

Hal tersebut yang membuat Polri menduga Fredy Pratama saat ini masih bersembuyi di Thailand bersama istrinya yang merupakan warga negara Thailand.

Di sisi lain, Mukti menjelaskan jika Fredy Pratama juga membeli narkoba dari wilayah segitiga emas tersebut yang nantinya akan didistribusikan ke sejumlah negara termasuk Indonesia.

"Betul, narkoba dibeli di segitiga emas dipackaging di Thailaind dalam (bentuk) teh Cina dan dikirim ke Malaysia dan kirim ke Indonesia," ucapnya.

Polisi Tangkap 800 Orang Lebih Jaringan Fredy Pratama

Dalam pengungkapkan kasus ini, Polri telah menangkap 884 orang tersangka yang terafiliasi bandar narkoba kelas kakap jaringan internasional, Fredy Pratama.

Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada menyebut pengungkapan ini merupakan periode penangkapan pada 2020-2023.

"Jumlah tersangka pada periode 2020 sampai dengan 2023 adalah sebanyak 884 tersangka," kata Wahyu dalam konferensi pers di Lapangan Bhayangkara, Jakarta, Selasa (12/9/2023).

Wahyu mengatakan dalam periode yang sama, pihaknya juga sudah menyita 10,2 ton sabu milik gembong besar tersebut.

"Tahun 2020-2023 ada 408 laporan polisi dan total barang bukti yang disita sebanyak 10,2 ton sabu yang terafiliasi dengan kelompok Fredy Pratama ini," ucapnya.

Di sisi lain, baru-baru ini, Bareskrim Polri menangkap 39 anak buah bandar besar narkoba jaringan Internasional, Fredy Pratama alias Miming alias Cassanova.

Berdasarkan analisa yang ada, para kaki tangan Fredy Pratama ini berhasil menyelundupkan narkoba ke Indonesia meski Fredy sudah masuk dalam daftar buronan sejak 2014 lalu.

"Setelah dicek dan didalami oleh melalui analisa yang dilakukan oleh tim di Mabes Polri, ditelusuri bahwa sindikat yang mengedarkan narkoba di Indonesia ini bermuara pada satu orang Fredy Pratama," kata Komjen Wahyu Widada.

"Setiap bulannya sindikat ini mampu menyelundupkan sabu dan ekstasi masuk ke Indonesia dengan jumlah mulai dari 100 kilo sampai 500 kilo dengan menyamarkan sabu ke dalam kemasan teh," jelasnya.

Wahyu mengatakan anak buah Fredy Pratama tersebar di sejumlah daerah dan memiliki tugasnya masing-masing.

Ia menjelaskan beberapa anak buah Fredy Pratama yang berhasil ditangkap merupakan K alias R yang berperan sebagai pengendali operasional di Indonesia. Kemudian NFM sebagai pengendali keuangan Fredy Pratama.

Selanjutnya sebagai koordinator dokumen palsu berinisial AR. Sementara DFM sebagai pembuat dokumen palsu KTP dan rekening palsu.

Selain itu FA dan SA yang berperan sebagai kurir uang tunai di luar negeri. Sedangkan bertugas sebagai koordinator pengumpul uang tunai KI serta P, YP, dan DS sebagai koordinator penarikan uang.

Terakhir, anak buah Fredy berinisial FR dan AF yang berperan sebagai kurir pembawa sabu. (*)

 

 

( Tribunnews.com )

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved