Viral Bos Pengamen Sampit

Pengemis dan Pengamen Menjamur di Sampit, Dinsos Kotim Imbau Warga Setop Berikan Uang Karena Iba

Kasus pengamen dan pengemis di Kota Sampit, Kotim menjamur disebutkan Dinsos Kotim lantaran masih banyak warga yang memberikan uang karena rasa iba

Penulis: Devita Maulina | Editor: Sri Mariati
ISTIMEWA
Kepala Dinsos Kotim Wiyono meminta masyarakat tidak lagi memberi uang pada pengamen dan gepeng maupun badut jalanan, saat ditemua awak media usai razia pada Senin (24/7/2023). 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Kasus tertangkapnya bos pengamen wanita bernama Mesah (43), membuktikan maraknya pengamen dan pengemis, gelandangan (gepeng), di Kota Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng).

Untuk itu Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Kotawaringin Timur meminta dan mengimbau, masyarakat di Kota Sampit maupun yang sekedar melintas untuk tidak memberikan uang kepada mereka.

Kepala Dinsos Kotim Wiyono menyebut, akibat dari rasa kasihan atau sifat dermawan dari masyarakat itulah yang membuat para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) itu menjamur di Kota Sampit.

Keberadaan gepeng dan pengamen ini seolah-olah menjadi lingkaran setan yang tak ada habisnya di Kota Sampit.

Karena meski telah sering dilakukan penertiban oleh instansi terkait, para PMKS selalu kembali muncul.

Baca juga: Bupati Kotim Ajak Masyarakat dan DUDI Ikut Meriahkan Porprov Kalteng 2023

Baca juga: Viral Wanita Bos Pengamen di Sampit Miliki Perhiasan Bernilai Puluhan Juta, Manfaatkan Anak Ngemis

“Selama ini kami selalu melakukan tugas (red; penertiban), tapi mereka (red; gepeng dan pengamen) tetap ada muncul. Ini juga akibat dari para dermawan yang ada maupun melintas di Kota Sampit yang selalu memberi mereka, sehingga mereka betah di sini hanya beberapa jam saja bisa dapat ratusan ribu,” ucapnya, Selasa (25/7/2023).

Wiyono menjelaskan, dalam hal ini bukan berarti pihaknya melarang seseorang untuk berbuat baik dengan bersedekah.

Namun, hendaknya sedekah itu diarahkan pada sasaran yang tepat, seperti warga miskin atau kurang mampu, panti asuhan, atau rumah ibadah.

Dengan demikian sedekah itu akan sampai pada orang-orang yang benar-benar membutuhkan.

Kalau perlu, Dinsos Kotim juga mempunyai database warga kurang mampu di Kotim bagi orang yang ingin bersedekah dan bingung menyalurkan sedekahnya.

“Mending sedekah ke panti asuhan, anak yatim piatu, orang kurang mampu, dan rumah ibadah, itu yang benar daripada ke mereka. Karena akhirnya kami dari Dinsos dan Satpol PP yang harus bekerja keras menertibkan,” kata Wiyono.

Ia melanjutkan, rasa iba dan kebaikan dari para dermawan ini juga sering dimanfaatkan oleh oknum nakal guna mengumpulkan pundi-pundi rupiah, bahkan sampai menggunakan anak-anak di bawah umur.

Contohnya, seorang wanita yang baru-baru ini diamankan dalam giat penertiban gepeng dan pengamen.

Wanita bernama Mesah itu diduga menjadi koordinator pengamen cilik. Dengan memanfaatkan kepolosan anak-anak, ia bisa mengoleksi perhiasan bernilai puluhan juta rupiah.

Baca juga: Apes, Sempat Intai Kantor Satpol PP Sebelum Bos Pengamen di Sampit Diciduk, Banyak Pelaku yang Kaya

Baca juga: Viral di Medsos dan Tuai Pujian Warganet, Ojol Ini 2 Tahun Gratiskan Layanan Tiap Hari Jumat

Hal seperti ini tentu sangat memprihatinkan. Maka dari itu, Dinsos Kotim mengajak masyarakat untuk bersama-sama menghentikan kejadian seperti ini dengan berhenti memberi uang atau sedekah pada gepeng dan pengemis.

“Jika para dermawan tidak memberi, maka hal ini tidak akan terjadi lagi. Harapan kami, mudah-mudahan ini bisa menjadi akhir dari pembinaan yang kami lakukan terhadap mereka,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved