Doa dan Amalan Islam

Ramadhan 2023 di Depan Mata, Apa Hukum Ziarah Kubur? Simak Dasar Dilarang dan Diperbolehkan

Di sisi lain, ada kisah Rasulullah SAW pernah melarang para sahabatnya melakukan ziarah kubur, meski kemudian diperbolehkan

Editor: Dwi Sudarlan
Istimewa
Ilustrasi ziarah kubur di Palangkaraya, Kalteng. 

TRIBUNKALTENG.COM - Ramadhan 2023 sudah di depan mata, sudah menjadi kebiasaan atau tradisi sebagian warga Indonesia melakukan ziarah kubur menyambut bulan suci tersebut, berikut kata Ustaz Adi Hidayat.

Bahkan, tidak hanya jelang Ramadhan, tetapi juga saat menyambut datangnya Lebaran atau Idulfitri.

Selain itu di hari-hari biasa terkadang juga ada masyarakat yang berziarah.

Di sisi lain, ada kisah Rasulullah SAW pernah melarang para sahabatnya melakukan ziarah kubur, meski kemudian diperbolehkan.

Sebenarnya bagaimana hukum ziarah kubur dari kacamata Islam? Berikut ulasan Ustaz Adi Hidayat.

Baca juga: Sinetron Baru SCTV Bidadari Surgamu di Ramadhan 2023, Ada Rizky Nazar dan Salshabilla Adriani

Baca juga: Kapan Malam Nisfu Syaban 2023? Tak Cuma Puasa, Simak Kumpulan Amalan Sunnah Jelang Ramadhan

Baca juga: Besok 1 Syaban 1444 H, Simak Doa Rasulullah SAW dan Daftar Amalan di Bulan Jelang Ramadhan 2023

Dilansir melalui channel YouTube Audio Dakwah dikutip Tribunkalteng.com, Senin (27/2/2023), Ustaz Adi Hidayat menegaskan arti kata ziarah sebenarnya mengunjungi orang.

“Ziarah artinya mengunjungi orang, meski orang tersebut masih hidup," kata Adi Hidayat.

Dari pemahaman itu, maka ziarah kubur bisa diarti mengunjungi orang yang sudah beada di (dalam) kubur atau makam alias meninggal.

Lantas bagaimana hukum ziarah kubur terutama jelang Ramadhan?

Ustaz Adi Hidayat mengatakan hukum ziarah di kubur menjelang bulan Ramadhan, boleh saja dilakukan.

Bahkan dalam Islam ziarah kubur merupakan amalan sunnah yang dianjurkan.

“Boleh, mengunjungi orang yang sudah meninggal atau ziarah kubur,” kata dia. 

Mengenai kisah Rasulullah SAW pernah melarang ziarah kubur, Ustaz Adi Hidayat membenarkannya,

Namun, hal itu lantaran adanya tradisi yang dilakukan para jahiliyah.

Yakni, saat itu peziarah sering meratap atau meluapkan kesedihannya secara berlebihan di makam.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved