Berita Kaltara

Tembus 400 Kasus, 4 Anak Meninggal Terjangkit DBD di Tarakan Selama Januari Hingga September 2022

Tercatat ada empat korban jiwa yang meninggal dunia akibat DBD sejak Januari hingga September 2022 ini terjadi di Kota Tarakan, Kaltara

Editor: Sri Mariati
tribunkalteng.com/faturahmanfat
Ilustrasi, pasien DBD saat menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Palangkaraya. 

TRIBUNKALTENG.COM, TARAKAN – Saat ini musim hujan dengan intensitas tinggi mulai terjadi di wilayah Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Tetutama penyakit yang muncul sepanjang tahun ini adalah Demam Berdarah (DBD).

Bahkan tercatat ada empat korban jiwa yang meninggal dunia akibat DBD sejak Januari hingga September 2022 ini.

Laporan masuk ke Dinkes Tarakan mencapai 400 kasus ditangani rumah sakit dan puskesmas.

Dikatakan Kepala Dinkes Tarakan, Devi Ika Indriarti, sebenarnya sejak awal sudah selalu diimbau menerapkan 3M. Bahkan itu sudah dituangkan dalam Surat Edaran Wali Kota Tarakan.

"Tidak mungkin hanya kami yang bergerak tapi masyarakat tidak bergerak, karena kalau kita melihat dari Januari sampai sekarang kasus DBD tidak pernah turun, malah tambah naik," ungkap dr Devi.

Baca juga: Jumlah DBD di Kotim Meningkat, 29 Kasus Selama Januari Hingga Agustus 2022, Warga Diimbau Waspada

Baca juga: Cegah Penyakit DBD dan Malaria, Pengelola Lapas Sampit Gelar Gerakan Berantas Nyamuk & Fogging

Sejak Januari diakuinya kasusnya tidak pernah mengalami penurunan. Begitu juga di Agustus 2022 kemarin. Di September 2022 lalu mencapai 60 kasus.

“Puncak DBD terjadi pada Agustus 2022 agak tinggi. Berharap di Oktober, November, Desember tiga bulan terakhir tidak lagi terjadi peningkatan kasus. Total 400-an lebih kasus DBD dan tidak melihat umur, ada anak-anak, desawa dan orangtua,” ujarnya.

Dengan kasus DBD ini dimbau kepada masyarakat meningkatkan kegiatan 3M yakni menguras, mengubur dan menutup. Penggunaan barang bekas juga harus diperhatikan.

"Total meninggal empat orang. Kemarin meninggal anak-anak Februari dua, April satu anak dan September satu orang,” sebutnya.

Upaya penyemprotan fogging lanjutnya saat ini ada. Namun untuk fogging sebelumnya harus melakukan penyelidikan epidomologi.

 “Kalau kami dilaporkan ada kasus positif, dari puskesmas lakukan penyelidikan. Kalau positif baru lakukan foging karena yang dimatikan adalah nyamuk dewasa,” bebernya.

Ia melanjutkan, penyelidikan epidomologi untuk mengtahui sumber penularan apakah di lokasi tersebut atau bukan.

Baca juga: Inilah Rentang Usia Anak yang Paling Banyak Terinfeksi DBD dan Meninggal Dunia

Baca juga: FAKTA Lengkap Penyakit Mematikan Demam Berdarah Dengue (DBD): dari Gejala hingga Penanganan

“Kalau ada positif lalu ditanya kenapa tidak fogging, kemungkinan bukan di wilayah itu sumber penularannya. Bukan di situ tertular tapi tempat lain,” jelasnya.

Langkah paling terbaik adalah mematikan jentik nyamuk sebagai sumbernya dengan abatesasi.

“Membunuh dari awal dan tidaka da nyamuk di tempat kita. Tingginya angka DBD korelasi dengan angka bebas jentik kita yang masih di bawah 95 persen,” ujarnya.

Abate bisa diperoleh dari puskesmas dan dari puskesmas jika kosong bisa meminta ke Dinkes Tarakan. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunKaltara.com dengan judul 4 Anak Meninggal Terjangkit DBD, Dinkes Tarakan Sebut Januari hingga September Tembus 400 Kasus.

 

Sumber: Tribun kaltara
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved