UCI MTB Eliminator World Cup 2022

UCI MTB Eliminator World Cup 2022, Tabur Beras Kuning & Baca Doa, Pawang Hujan Jadi Perhatian

Keberadaan pawang hujan dalam kejuaraan dunia Balap Sepeda UCI MTB Eliminator World Cup 2022 Palangkaraya banyak mendapat perhatian penonton.

Penulis: Lidia Wati | Editor: Fathurahman
Tribunkalteng.com/ Ghorby Sugianto
Ritual yang dilakukan Pawang Hujan dari Kalteng, saat berdoa dan melemparkan beras kuning agar hujan tidak turun dan cuaca tidak panas. Keberadaan pawang hujan dalam kejuaraan dunia Balap Sepeda UCI MTB Eliminator World Cup 2022 Palangkaraya ini banyak mendapat perhatian penonton. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Tak hanya di Moto GP Mandalika, di kejuaraan sepeda gunung dunia UCI MTB Eliminator World Cup 2022 terdapat pula pawang hujan.

Keberadaan pawang hujan dalam kejuaraan dunia Balap Sepeda UCI MTB Eliminator World Cup 2022 Palangkaraya ini banyak mendapat perhatian penonton yang ada di lokasi tersebut.

Mereka menyebut kelompok Pangkalima Dayak dan Bawi Lamus. Belasan orang berkeliling sirkuit Tuah Pahoe dengan pakaian adat lengkap ditambah aksesoris paru burung tingang hingga taring dari hewan.

"Kami ini gambaran tanah Dayak Kalimantan. Kedua, kami melakukan ritual agar tidak turun hujan serta tidak panas," kata Toseng Asang, Minggu (28/8/2022).

Baca juga: Keseruan UCI MTB Eliminator World 2022 Dalam Bingkai Foto

Baca juga: 678 Personel Tim Gabungan Amankan Event UCI MTB Eliminator World Cup 2022 Palangkaraya

Baca juga: Warga Antusias Berdatangan ke UCI MTB Eliminator World Cup 2022 Kawasan Stadion Tuah Pahoe

Dia menuturkan, dengan berkeliling lintasan diiringi membaca doa dan melemparkan beras kuning bertujuan untuk membersihkan lokasi dan mengusir roh-roh jahat.

"Yang diperlukan dalam meminta agar cuaca tidak turun hujan dan tidak panas, ada beras kuning dan mantra-mantra yang dibacakan," jelasnya.

Diselengarakan MTB Eliminator World Cup 2022 di Bumi Tambun Bungai menjadi ajang pengenalan adat istiadat, kearifan lokal, seni budaya hingga pesona kekayaan alam.

Maka dari itu dia berharap jika pagelaran serupa digelar kembali dengan mengangkat dan tak melupakan jati diri masyarakat lokal yaitu Suku Dayak.

Hingga berita ini diturunkan pada sore hari, sekitar sirkuit Tuah Pahoe nampak mendung tidak hujan dan terik panas matahari yang menyengat kulit tertutup oleh awan.

Sementara itu, hari ini terdapat 36 orang atlet Men Elite dan 17 orang atlet Woman Elite yang bertanding di sirkuit terekstrem dan terbaik Tuah Pahoe.

Pantauan Tribunkalteng.com, Antusias masyarakat untuk menyaksikan sejarah kejuaraan dunia yang digelar baru pertama kali di Indonesia dan Asia Tenggara itu luarbiasa.

Gemuruh dukungan mengalir kepada timnas atlet Indonesia dari pinggir sirkuit dan Tribun penonton. Tak jarang teriakan semangat bergema saat atlet berhasil menyalip atlet lainnya. (*)

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved