Capres 2024
Ganjar Pranowo Meroket Tinggalkan Anies & Prabowo, 24 Persen Pemilih Belum Tentukan Capres 2024
Elektabilitas Ganjar Pranowo yang juga kader PDIP sebagai Capres 2024 ini jauh melebihi 28 nama tokoh lain
TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang sosok Capres 2024 memperlihatkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo makin meroket, meninggalkan rival terkuat, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Elektabilitas Ganjar Pranowo yang juga kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai Capres 2024 ini jauh melebihi 28 nama tokoh lain.
Melejitnya nama Ganjar Pranowo dalam bursa Capres 2024 terungkap dalam survei semi terbuka 29 nama oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terhadap pemilih kritis yang dimutakhirkan pada 8 sampai 10 Februari 2022.
Berdasar hasil survei SMRC, menurut Direktur Riset SMRC Deni Irvani, Ganjar Pranowo mendapat dukungan sebesar 26,8 persen pemilih kritis pada survei tersebut.
Baca juga: Puan Maharani Kesal Ada Gubernur Tidak Menyambutnya, Ketua PDIP Solo Sebut Nama Ganjar Pranowo
Baca juga: Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Marah & Tendang Dinding Bangunan SMA Sampai Ambrol, Ini Gegaranya
Baca juga: Setelah Rayu Ganjar Pranowo, Golkar Buka Opsi Airlangga-Anies Lawan Prabowo-Puan di Pilpres 2024
Deni Irvani mengatakan hasil tersebut konsisten dengan hasil survei top of mind atau jawaban spontan terhadap pemilih kritis di mana elektabilitas Ganjar menduduki posisi tertinggi.
"Hasilnya konsisten dengan jawaban yang sebelumnya saya tunjukkan di mana Ganjar Pranowo tetap unggul dengan dukungan 26,8 %. Signifikan jaraknya dari nama-nama lain," kata Deni, Senin (28/2/2022).
Di posisi berikutnya, kata dia, ada Anies Baswedan yang mendapat 13,9 persen disusul Prabowo Subianto yang mendapat dukungan 13,7 persen
"Nama-nama lain di bawah itu. Ada Sandiaga Uno tapi elektabilitasnya terpaut cukup jauh yaitu 5,8 persen dan Ridwan Kamil 5,1 persen. Yang lain-lain di bawah 3 persen," kata Deni.
Berikut nama-nama lain yang dimaksud:
Agus Harimurti Yudhoyono 2,6 %
Erick Thohir 1,6 %
Puan Maharani 0,6 %
Ahok 1,1 %
Andika Perkasa 0,8 %
Gatot Nurmantyo 0,7 %
Khofifah Indar Parawansa 0,5 %
Tri Rismaharini 0,5 %
Airlangga Hartarto 0,4 %
Hary Tanoesoedibjo 0,4 %
Susi Pudjiastuti 0,4 %
Ma'ruf Amin 0,3 %
Sri Mulyani 0,2 %
Zulkifli Hasan 0,2 %
Mahfud MD 0,2 %
A Muhaimin Iskandar 0,1 %
Surya Paloh 0,1 %
Tito Karnavian 0,1 %
Yusril Ihza Mahendra 0,0 %
Yaqut Cholil Qoumas 0,0 %
Salim Segaf Al Jufri 0,0 %
Moeldoko 0,0 %
Hutomo Mandala Putra 0,0 %
Budi Gunawan 0,0 %
Ahmad Syaikhu 0,0 %
Nama lainnya 0,3 %.
"Tetapi masih ada 24 persen dari pemilih kritis yang belum tahu calon yang mau dipilih," kata Deni.
Pendiri SMRC Saiful Mujani menjelaskan pemilih kritis adalah pemilih yang punya informasi lebih baik tentang berbagai isu nasional, politik, ekonomi, pembangunan, dan sebagainya.
Dengan demikian, hal tersebut menjadi bahan pertimbangan mereka ketika menilai dan memilih seorang calon presiden.
Pemilih kritis, kata dia, kebanyakan adalah warga perkotaan atau warga yang tinggal di perkotaan dan relatif lebih berpendidikan.
Pemilih kritis, lanjut dia, biasanya punya pengaruh lebih kuat di dalam kehidupan masyarakat.
Mereka, kata Saiful, juga biasanya tidak mudah dipengaruhi dan justru lebih mudah memperngaruhi.
Menurut Saiful mempelajari pemilih kritis sangat penting dan strategis dalam konteks pemilihan presiden dan pemilihan-pemilihan umum lainnya.
Hal tersebut, kata dia, karena mereka yang punya basis pemilih kritis yang besar maka akan punya basis yang kuat secara elektoral ke depan mengingat mereka punya basis sosial yang sulit dipengaruhi tapi justru akan mempengaruhi pemilih-pemilih lain.
"Akan mempunyai efek bola salju dalam proses kontestasi pemilu yang akan berlangsung di negara kita tahun 2024 nanti," kata Saiful.
Terkait survei tersebut, SMRC melakukan serangkaian survei nasional melalui telepon dengan pewawancara yang dilatih dan dimutakhirkan terakhir pada 8 sampai 10 Februari 2022.
Target populasi survei tersebut adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/cellphone, sekitar 72