Doa dan Amalan
Bulan Muharram Segera Berakhir, Simak Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Safar 1443 H atau September 2021
Muharram segera berakhir,1 Safar 1443 H bertepatan dengan 8 September 2021, berikut jadwal Puasa Ayyamul Bidh
TRIBUNKALTENG.COM - Muharram segera berakhir, berdasar kalender hijriah, 1 Safar 1443 H bertepatan dengan 8 September 2021, berikut jadwal Puasa Ayyamul Bidh.
Berdasarkan penanggalan Islam, setelah Muhharam adalah memasuki bulan Safar 1443 H.
Di bulan Safar 1443 H seperti bulan-bulan lainnya, sobat muslim dianjurkan melaksanakan Puasa Ayyamul Bidh, yang biasa disebut Puasa Putih.
Puasa Ayyamul Bidh dilakukan setiap pertengahan bulan Hijriah berdasarkan kalender Qomariah.
Tiap bulannya, ada tiga hari bagi sobat muslim untuk melaksanakan Puasa Ayyamul Bidh, yakni setiap tanggal 13, 14 dan 15 di bulan Hjiriah.
Baca juga: Tata Cara Puasa Senin Kamis, Ingat, Niat Puasa Hari Senin dan Hari Kamis Berbeda
Baca juga: Video dan Lirik Sholawat Al Qalbu Muttayam Tulisan Arab dan Latin, Viral di Medsos
Baca juga: Berikut Bacaan 10 Sholawat untuk Ketenangan Hati dan Selamat Dunia Akhirat
Bila 1 Safar 1443 H jatuh pada 8 September maka 13, 14 dan 15 Safar 1443 H bertepatan dengan 20, 21, 22 September 2021.
Sebelum melaksanakan Puasa Ayyamul Bidh, dianjurkan untuk membaca niat.
Bacaan Niat Puasa Ayyamul Bidh
نَوَيْتُ صَوْمَ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma ayyaamal bidh sunnatan lillaahi ta'ala
Artinya: "Saya berniat melakukan puasa pada hari-hari putih, sunah karena Allah taala."
Lantas, apa saja keutamaan menjalankan Puasa Ayyamul Bidh?
Dikutip dari Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah oleh Ust.Muh.Syukron Maksum, berikut beberapa keutamaan menjalankan puasa Ayyamul Bidh:
1. Laksana Puasa Sepanjang Masa
Ada nilai penting dari puasa sunah tiga hari dalam sebulan, yakni laksana puasa sepanjang masa.
Cukup berpuasa setiap tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya, maka nilainya sama dengan berpuasa sepanjang hidup kita.
Sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam dalam sebuah hadis:
"Puasa tiga hari setiap bulan, bagaikan puasa selama hidup (sepanjang masa)." (Mutafaq alaih).
Abu Dzar pernah diberi anjuran oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam untuk melaksanakan puasa ini, sambil mengingatkan akan pahala yang didapatkan.
Pahala tersebut adalah seperti puasa terus-menerus dalam hidupnya.
Sebagaimana cerita Abu Dzar Al Ghiffari berikut ini:
"Kami diperintah oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam agar berpuasa sebanyak tiga kali di setiap bulan yakni pada hari-hari cemerlang: tanggal 13 14 dan 15. Sabdanya, bahwa puasa itu seperti puasa sepanjang masa." (HR. Nasa'i).
2. Memenuhi Wasiat Rasulullah
Umat Islam adalah kesayangan Allah dan juga Rasulullah.
Betapa banyak bentuk kasih sayang Rasulullah pada umat Muslim berupa petunjuk dan anjuran menuju kebaikan.
Seperti anjuran dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dan yang kedua oleh Muslim, Abu Hurairah dan Abu Darda':
"Junjunganku Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam berpesan kepadaku akan tiga hal yang jangan sampai ditinggalkan selama hidup, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dua rakaat dan shalat witir dua rakaat sebelum tidur."
Kedua orang sahabat Rasulullah tersebut diberi pesan yang berlaku bagi seluruh umat, seakan-akan beliau bersabda:
"Umat-umatku, laksanakan 3 hal sepanjang hidup kalian setiap harinya, tanpa boleh lupa, yaitu puasa 3 hari dalam sebulan, shalat Dhuha, dan shalat witir sebelum tidur."
Seakan Beliau menyatakan bahwa dengan melaksanakan ketiga hal tersebut, akan banyak keutamaan dan keuntungan yang akan kita dapatkan.
Selain itu, ada pesan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam kepada Abu Qatadah bin Milhan ra:
"Adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam menyuruh kita berpuasa pada hari-hari putih, yaitu tanggal 13. 14 dan 15 setiap bulan." (HR. Abu Daud).

3. Mengikuti Kebiasaan Rasulullah
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam tak hanya menganjurkan sahabat dan umatnya untuk berpuasa 3 hari dalam sebulan.
Beliau juga menjalankannya sepanjang hidup.
Ini merupakan salah satu akhlak utama Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam yang tak hanya memerintahkan, tetapi beliau sendiri merupakan pelaku utama dari perintah tersebut.
4. Dilaksanakan Baik di Rumah atau Berpergian
Bukti komitmen Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam akan puasa tanggal 13, 14 dan 15 ini adalah beliau tak pernah meninggalkannya dalam kondisi apapun, baik sedang di rumah maupun saat berpergian.
Seperti cerita Ibnu Abbas ra:
"Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam tidak pernah berbuka pada hari-hari putih, baik beliau sedang di rumah atau dalam perjalanan." (HR.Nasa'i).
Ini membuktikan betapa penting dan utamanya puasa ini, hingga beliau tak ingin melewatkannya dalam kondisi apapun.
Sejarah Puasa Ayyamul Bidh
Kenapa dinamai ayyamul bidh? Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab ‘Umdatul QariSyarhu Shahihil Bukhari dijelaskan bahwa sebab dinamai ayyamul bidh terkait dengan kisah Nabi Adam AS ketika diturunkan ke muka bumi.
Riwayat Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam/gosong. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya untuk berpuasa selama tiga hari (tanggal 13, 14, 15).
Ketika berpuasa pada hari pertama, sepertiga badannya menjadi putih. Puasa hari kedua, sepertiganya lagi menjadi putih. Puasa hari ketiga, sepertiga sisanya menjadi putih.
ثُمَّ سَبَبُ التَّسْمِيَةِ بِأَيَّامِ الْبِيضِ مَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّمَا سُمِيَتْ بِأَيَّامِ الْبِيضِ لِأَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمَّا أُهْبِطَ إِلَى الْأَرْضِ أَحْرَقَتْهُ الشَّمْسُ فَاسْوَدَّ فَأَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَيْهِ أَنْ صُمْ أَيَّامَ الْبِيضِ فَصَامَ أَوَّلَ يَوْمٍ فَأبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّانِيَّ اِبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّالِثَ اِبْيَضَّ جَسَدُهُ كُلُّهُ
Artinya, “Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarknya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’. Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”
Pendapat lain menyatakan bahwa dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang disinari rembulan, dan rembulan selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali. Karenanya, pada hari-hari itu malam dan siang seluruhnya menjadi putih (terang).
وَقِيلَ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّ لَيَالِي أَيَّامِ الْبِيضِ مُقْمِرةٌ وَلَمْ يَزَلِ الْقَمَرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى طُلَوعِهَا فِي الدُّنْيَا فَتَصِيُر اللَّيَالِي وَالْأَيَّامُ كُلُّهَا بِيضًا
Artinya, “Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang),” (Lihat Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi, ‘Umdatul Qari Syarhu Shahihil Bukhari, juz XVII, halaman 80). (*)