Sains

Berada di 3 Lempeng Utama Bumi, Seberapa Besar Potensi Gemoa Bumi di Indonesia

Apalagi jika melihat ke belakang, Indonesia beberapa kali diguncang gempa besar yang menyebabkan tsunami.

Editor: Mustain Khaitami
Kompas.com
Ilustrasi 

Selalu Banyak Korban Gempa di Lombok beberapa hari yang lalu telah menyebabkan banyak korban meninggal, di samping ribuan orang harus mengungsi.

Sementara gempa Aceh 2004 yang berkekuatan 9,3 pada skala Richter, menyebabkan 180 ribu orang meninggal dengan kerugian Rp 45 triliun.

Jadi apakah kerugian, termasuk kerugian material seperti rumah, jalan, jembatan, dan sebagainya akan terus terjadi mengingat tingginya potensi terjadinya gempa di Indonesia?

"Masyarakat kita akan terus menjadi korban setiap terjadinya gempa karena kita juga tidak melihat langkah-langkah konkret yang benar-benar, semacam juklak bagaimana membangun bangunan tahan gempa itu diedukasikan secara masif sehingga masyarakat kita benar-benar memahami dan kemudian mindset itu berubah," kata Dr Daryono.

Sementara penduduk dan bangunan di Jawa dan Sumatra juga lebih padat dibandingkan di bagian timur Indonesia.

Ini menyebabkan kemungkinan risiko korban dan kerusakan yang lebih besar.

"Kalau kita lihat dari potensi hazard-nya, bahayanya, Indonesia timur itu dua kali lipat potensinya dibandingkan dengan wilayah barat, tetapi yang nama risiko itu kan juga mempertimbangkan keberadaan populasi dan infrastruktur," tutur Danny.

"Untuk saat ini infrastruktur dan populasi kebanyakan di Jawa dan Sumatra, daerah Papua dan Maluku kan masih sedikit," imbuhnya.

Melek Mitigasi Mengingat besarnya potensi dan risiko gempa di Indonesia serta catatan sejarahnya, bukankah langkah pencegahan seharusnya sudah diambil?

Pemerintah mengatakan berbagai cara untuk mengantisipasi bencana alam ini telah dilakukan, termasuk dengan menggunakan teknologi tinggi.

"Sistem monitoring gempa bumi, sistem processing dan diseminasi penyebaran itu sudah sangat bagus," kata Daryono.

"(Dengan teknologi tersebut) dalam waktu kurang dari tiga menit itu sudah bisa mendapatkan informasi parameter gempa, waktu gempa, kekuatan, kedalaman, dan lokasinya. Kita juga bisa mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan cepat," tegasnya.

Tahun 2017, Indonesia telah merevisi peta seismic hazard, di mana seluruh wilayah sudah dizonasi dan dikuantifikasi terkait seberapa besar potensi guncangan seismiknya.

"Berdasarkan peta itu seorang ahli sipil bisa mendesain struktur tahan gempa yang cocok untuk seluruh wilayah di Indonesia," ujar Danny.

"Kalau semua orang dan semua bangunan mengikuti serta mematuhi peraturan yang ada, saya pikir nggak ada masalah kapan ada gempa terjadi karena yang paling berbahaya waktu gempa itu bukan gempanya tetapi bangunan yang roboh," Danny menegaskan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved