Kabar Dunia
Kisah TKW Asal NTB, Ditumpuk Seperti Kucing dan Disiksa sampai Tulang Iganya Patah
Sebulan ini dia dan 5 TKW asal Dompu lainnya harus menjalani pemeriksaan sebagai korban Tindan Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
“Jika tahu kejadiannya akan seburuk ini, kami tak akan pernah menginjakkan kaki ke Turki. Apalagi Turki yang disebut sebut sebagai negera tujuan dengan upah yang bisa mencapai 4 juta rupiah per bulannya hanyalah tipuan hingga akhirnya kami merasakan penderitaan yang menyakitkan,” Kata SY, TKW yang pernah mengadu nasib sebelumnya di Timur Tengah, ketika berusia 14 tahun.
“Saya selalu diminta ke kamar berbeda, saya diajak kawin kontrak tapi saya menolak, dan akhirnya saya melarikan diri. Kalau tidak, apa yang akan terjadi saya tidak tahu,” sambung SY yang menutup sebagian wajahnya dengan masker.
SY mengaku pernah bekerja di Yordania ketika masih di bawah umur. Pulang dari Yordania, dia membawa uang kebih dari Rp 100 juta. Selama bekerja, ia mengirim uang untuk membuat rumah dan tanah 1,5 hektar yang ditanaminya padi hingga kini.
“Saya mau mengulangi keberuntungan saya, karena saya mau hidup cukup bersama anak saya. Saya sudah bercerai dengan suami saya, karena itu saya coba bekerja ke luar negeri lagi,” katanya.
Keenam TKW itu menceritakan pengalaman mereka saat melarikan diri. Hampir semuanya tak ada yang mengunakan alas kaki. Barang bawaan pun ditinggalkan. Hanya pakaian melekat di badan, paspor serta sedikit uang yang mereka bawa sebagai bekal.
Melarikan diri tak mudah bagi mereka. Bertanya kepada polisi Turki tak ada yang merspons apalagi membantu, mereka juga terkendala bahasa. Hingga akhirnya mereka bertemu polisi Irak yang membantu mereka ke KBRI.
“Kami ditampung di KBRI. Kami dibantu di sana. Kami kabari mereka bahwa masih banyak TKW NTB yang masih disekap. Ada yang patah tulang iganya karena disiksa, semua kami ceritakan,” kata SY.
Menyaksikan kengerian yang mereka alami di Turki, JN yang juga seorang perawat, meminta Gubernur NTB Zainul Majdi dan Presiden Jokowi untuk benar-benar menutup jalan pengiriman TKW ke Timur Tengah, karena di sana para pahlawan devisa itu hanya disiksa.
“Pada Pak Jokowi, bukalah lapangan kerja untuk kami agar kami tidak mengharapkan bekerja di luar negeri. Kami punya ijazah tapi tak ada lowongan pekerjaan, dan jika ada, gajinya sangat kecil,” kata JN yang diamini SAK.
Apresiasi Polda NTB
Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) NTB, Ratnaningdiah yang mendampingi mereka selama dalam pemulihan psikis dan trauma, mengatakan apa yang dialami TKW ini sebenarnya bukan hal baru lagi. Sudah banyak kasus serupa dan selalu terulang.
Karena itu, P2TP2A sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Ditreskrimum Polda NTB, terutama langkah AKBP Pujawati, yang sampai melakukan investigasi ke Turki, mengungkap jaringan TPPO ini.
“Kami sebagai penerintah sangat terbantu dengan langkah progresif yang dilakuka tim penyidik Polda NTB ini,” kata Ratna.
Jaringan ini memang kerap melakukan aksinya di kantong-kantong TKI di NTB. Ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak, terutama para TKI atau TKW.
“Jangan mudah tergiur iming-iming dan janji palsu, sampai di negeri orang akan mengalami nasib buruk. Ini masih banyak TKW kita yang masih disekap di Turki dari pengakuan mereka yang melarikan diri,” katanya.
