Fakhri menyebut akan mengingatkan pemain Jatim agar lebih tenang di lapangan. Bisa mengontrol emosi.
Harapannya, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya mendapat hukuman kartu merah. Karena jika itu terjadi, tim sendiri yang sangat dirugikan.
“Artinya apa? Nggak ada lagi pemain tim PON Jawa Timur yang dapat kartu merah. Ini soal moral, ini soal sportivitas, respek,” pungkas Fakhri Husaini.
Ya, pelatih PON Jatim, Fakhri Husaini menyebut timnya siap menghadapi situasi apapun menghadapi tim tuan rumah.
Termasuk, kemungkinan mengalami situasi buruk seperti pertandingan terakhir Aceh saat menghadapi Sulawesi Tengah (Sulteng) Sabtu (14/9/2024) lalu.
Saat itu, wasit dituding berat sebelah setelah memberikan tiga kartu merah bagi tim Sulteng dan dua kali hadiah penalti untuk Aceh.
Dugaan itu diperkuat lewat potongan video pertandingan yang beredar luas di media sosial, dimana wasit kerap membuat keputusan yang menguntungkan tuan rumah.
Geram akibat dirugikan di laga tersebut, wasit mendapat bogem mentah dari pemain Sulteng di laga itu hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
"Kami siap semua, termasuk situasi terburuk sekalipun, ini tugas saya sebagai pelatih tim PON Jatim,” kata Fakhri Husaini.
Ia berharap pertandingan antara Aceh melawan Sulteng bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. Bukan hanya bagi tim PON Jatim, tapi juga untuk sepak bola Indonesia.
Apalagi PON merupakan ajang menemukan bakat-bakat terpendam tanah air demi prestasi Indonesia di masa mendatang.
“Kalau kita belum bisa mengambil pelajaran penting ya nggak akan maju sepak bola kita,” tegas Fakhri.
Pelatih asal Lhokseumawe itu mencoba mengingatkan wasit untuk berlaku fair di lapangan.
Sehingga, pemain-pemain muda yang tampil di PON XXI Aceh-Sumut 2024 ini bisa menimba banyak ilmu.
“Kasihan anak-anak. Mereka (pemain) datang kesini untuk belajar, tapi bagaimana bisa belajar main bola kalau tidak dipimpin wasit berkualitas,” ucapnya Fakhri.