Berita Palangkaraya

Hari Autisme Sedunia, PAUD Al-Ghazali Ajak Anak Belajar Perbedaan Lewat Dongeng Kupu-Kupu

Hari peduli autisme sedunia jatuh setiap 2 April, PAUD Al-Ghazali Palangka Raya gelar kegiatan edukatif bertema inklusivitas melalui dongeng

Penulis: Arai Nisari | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Arai Nisari
KEGIATAN - Anak-anak PAUD AL-Ghazali Palangka Raya duduk melingkar sambil mendengarkan dongeng kupu-kupu warna-warni yang disampaikan Noorani Azmi, Rabu (9/4/2025). Kegiatan ini digelar untuk mengenalkan autisme dan nilai inklusivitas sejak dini. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA – Dalam rangka memperingati hari peduli autisme sedunia jatuh setiap 2 April, PAUD Al-Ghazali Palangka Raya menggelar kegiatan edukatif bertema inklusivitas, Rabu (9/4/2025).

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dengan Noorani Azmi, Ketua Ikatan Guru Pendidikan Khusus (IGPK) Kalimantan Tengah sekaligus guru di SKH Negeri 2 Palangka Raya. 

Melalui dongeng kupu-kupu warna-warni, anak-anak diajak memahami makna perbedaan dengan cara menyenangkan dan mudah dipahami.

“Lewat cerita kupu-kupu yang berbeda warna tapi tetap bisa terbang bersama, anak-anak bisa belajar bahwa perbedaan itu indah,” ujar Noorani.

Anak-anak terlihat antusias mengikuti jalannya dongeng, menyanyi bersama, dan tetap bermain layaknya anak seusia mereka. 

Metode dongeng dipilih karena lebih sesuai dengan karakter belajar anak usia dini, cenderung membutuhkan pendekatan visual dan naratif agar lebih mudah memahami pesan disampaikan.

“Tantangannya adalah menyampaikan topik seperti ini sesuai dengan usia dan gaya belajar mereka, karena setiap individu berbeda. Biasanya diperlukan media visual agar anak-anak lebih tertarik,” tambah Noorani.

Selain mengenalkan autisme kepada anak-anak, kegiatan ini juga menjadi ajang berbagi ilmu antar guru.

Materi disampaikan secara ringan namun bermakna, untuk membuka pemahaman bahwa autisme bukan sesuatu menular ataupun akibat pola asuh yang salah.

Sosialisasi ini tidak hanya menyasar anak-anak, tapi juga guru dan orangtua. Tujuannya membangun empati terhadap anak-anak dengan autisme dan menciptakan lingkungan belajar ramah dan inklusif.

Guru PAUD Al-Ghazali Palangka Raya, Anjani, mengungkapkan bahwa di sekolahnya juga terdapat anak dengan autisme. Ia mengakui ada tantangan tersendiri dalam mengajar mereka, mulai dari kesulitan menjaga fokus hingga emosi yang belum stabil.

"Biasanya kami ajak bermain dulu, setelah itu baru perlahan diajak menulis. Pendekatannya memang harus berbeda," jelas Anjani.

Noorani berharap kegiatan serupa bisa dilakukan secara rutin dan diperluas ke PAUD lainnya di Kalimantan Tengah.

Menurutnya, antusiasme dari peserta kegiatan baik guru, orangtua, maupun anak-anak menjadi sinyal positif untuk keberlanjutan program ini.

“Harapannya, kegiatan ini bisa terus berkelanjutan dan mendapat dukungan dari semua pihak, agar semakin banyak yang paham bagaimana mendampingi anak dengan autisme.

Tujuan akhirnya agar lingkungan sekolah jadi lebih inklusif dan ramah untuk semua anak,” tutupnya.

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved