Berita Palangkara
UMKM Ge Ethnic, Memadukan Tradisi dan Unsur Modern dalam Anyaman Rotan Khas Kalteng
UMKM brand Ge Ethnic membuktikan diri untuk bisa pertahankan budaya lokal dan unsur modern dalam karya dan produk yang dihasilkan dari rotan Kalteng
Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA - Di tengah derasnya arus modernisasi, Lina Yunianti (32) mempertahankan warisan kerajinan tangan keluarganya sambil menghadirkan sentuhan modern.
Melalui brand Ge Ethnic yang ia dirikan pada 2017, Lina mengembangkan usaha Anyaman Rotan yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak 1980-an.
"Usaha kerajinan tangan ini sudah menjadi tradisi keluarga kami sejak zaman nenek. Orang tua saya melanjutkannya, dan saya pun ikut belajar menganyam rotan," ujar Lina saat ditemui di galeri Ge Ethnic, Sabtu (5/10/2024).
Ge Ethnic menawarkan produk Anyaman Rotan yang dimodifikasi dengan nuansa modern, seperti tas yang menggabungkan rotan dan kulit. Proses produksinya melibatkan kolaborasi dengan pengrajin lokal dan ahli jahit di luar daerah.
"Untuk menghasilkan tas berkualitas tinggi, kami mengirim hasil anyaman rotan dengan motif khas Kalteng ke luar daerah karena standar jahitan yang lebih bagus," jelas Lina.
Proses pembuatan tas Ge Ethnic dimulai dengan memesan Anyaman Rotan berukuran 2 x 1,5 meter dari pengrajin lokal. Lina menekankan bahwa proses ini membutuhkan ketelitian dan waktu.
"Karena masih menggunakan tangan, dalam tiga bulan pengrajin hanya dapat menghasilkan lima lembar dengan motif berbeda," tambahnya.
Keunikan produk Ge Ethnic terletak pada perpaduan motif tradisional Kalimantan Tengah dengan desain modern.
"Untuk menghasilkan tas dengan motif yang cantik, pengrajin harus teliti menempatkan motif agar bisa digabungkan dengan bahan kulit dan motif khas Kalteng tetap terlihat," ujar Lina.
Selain tas rotan dengan sentuhan kulit, Ge Ethnic juga menjual tas rotan tradisional yang dipesan dari pengrajin di berbagai desa di Kabupaten Barito Utara, Muara Teweh, dan daerah lain di Kalimantan Tengah.
Setelah tujuh tahun beroperasi, Ge Ethnic telah membuktikan daya tahannya di pasar. Lina mengungkapkan, bahwa usahanya kini mampu menghasilkan omzet kotor sekira Rp 20 juta per bulan.
Lebih mengesankan lagi, produk-produk Ge Ethnic mulai menembus pasar internasional.
"Beberapa kali kami mengirim produk untuk konsumen di luar negeri," kata Lina.
Meski demikian, perjalanan Ge Ethnic tidak selalu mulus. Lina mengakui bahwa pada awalnya ia kesulitan mencari bahan baku dan menghadapi tantangan dalam proses produksi yang memakan waktu.
"Namun seiring berjalannya waktu, relasi kami dengan pengrajin rotan di Kalteng semakin luas, sehingga kami bisa menyetok bahan baku Anyaman Rotan," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.