Haul ke 218 Datu Kelampayan

Hari ini Haul Ke-218 Datu Kelampayan, ini Profil dan Karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Hari ini Haul ke-218 Datu Kelampayan yang akan digelar di Masjid Tuhfaturroghibin Desa Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan.

Editor: Nia Kurniawan
Istimewa via Banjarmasin Post
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau yang lebih dikenal juga dengan sebutan Datu Kelampayan. Haul ke-218 Datu Kelampayan yang akan digelar di Masjid Tuhfaturroghibin Desa Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan. 

Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,

Kitab Luqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,

Kitabul Faraidl, yaitu kitab yang membahas hukum pembagian warisan,

Kitab Kanzul Makrifah, yaitu kitab yang membahas tentang ilmu tasawuf,
Al- Qawlul Mukhtasar, yaitu kitab yang membahas tentang Imam Mahdi dan ditulis pada tahun 1196 H,

Kitab Ilmu Falak, yaitu kitab yang membahas tentang astronomi,
Fatawa Sulayman Kurdi, yaitu kitab yang membahas tentang fatwa-fatawa gurunya, Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi,

Kitabun Nikah, yaitu kitab yang membahas tentang tata cara perkawinan dalam syariat Islam.

Kisah Datu Kelampayan

Sejak kecil, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari sudah menunjukkan keahliannya di bidang seni lukis. Suatu ketika, Sultan Kerajaan Banjar (Sultan Tahmidullah) mengelilingi kampung-kampung dengan tujuan untuk melihat keadaaan rakyatnya.

Kemudian ia terhenti pada sebuah rumah yang terletak di Desa Lok Gabang. Ia merasa kagum dan terkesima ketika menemui sebuah lukisan yang ada di rumah tersebut.

Alhasil Sultan Banjar tersebut menanyai siapakah yang membuat lukisan seindah ini. Karena merasa kagum dan terkesima akhirnya Sultan Banjar menemui yang mempunyai rumah tersebut dan bertanyalah tentang perihal lukisan yang telah membuat hatinya senang. Dan ternyata yang melukis itu masih anak-anak.

Melihat kelebihan yang ada pada Syekh Arsyad, terbesitlah di hati Sultan untuk mengasuh dan mendidik Syekh Arsyad di Istana. Sebetulnya, sang ibu sangat berat hati menerima tawaran tersebut.

Namun ia sadar, jika puteranya itu perlu mendapat pendidikan yang lebih baik dan bagus. Otak secerdas Syekh Arsyad perlu diasah supaya menghasilkan sebuah berlian. Akhirnya Sang Sultan membawanya ke kerajaan.

Di istana, Sultan memperlakukannya seperti anak kandung sendiri. Para ulama terbaik didatangkan untuk mengajar di sana.

Dengan kecerdasannya, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari mampu menyerap semua materi-materi yang diajarkan guru-gurunya. Sekitar umur 7 tahun ia sudah fasih membaca al-quran. Di saat itu pula bakat tulis menulis sudah tampak pada dirinya.

Setelah dewasa, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari menikahi wanita pilihan Sultan yang bernama Siti Aminah. Ia adalah perempuan yang shalihah dan juga sangat taat serta berbakti kepada suaminya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved