Berita Palangkaraya

NEWS VIDEO, Sering Telat ke Sekolah Karena Banjir di Palangkaraya, Amel Berangkat Lebih Pagi

Banjir melanda permukiman bantaran Sungai Palangkaraya, murid sekolah dasar bernama Amel terpaksa ke sekolah gunakan jukung hindari banjir.

Penulis: Lidia Wati | Editor: Fathurahman

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA -Kondisi banjir akibat luapan Sungai Kahayan di Palangkaraya memaksa pelajar menggunakan jukung ke sekolah akibat jalan terendam.

Banjir yang  melanda permukiman bantaran Sungai Palangkaraya, seorang murid sekolah dasar bernama Amel terpaksa ke sekolah gunakan jukung hindari genangan air.

Akibat banjir di Palangkaraya, menggoreskan cerita tersendiri bagi Amel Kusnatul seorang murid kelas 6 tingkat Sekolah Dasar di MI Darussaadah ini.

Ditemui Tribunkalteng.com saat pulang sekolah, dia terlihat mengenakan tas, sepatu dan seragam dengan jilbabnya, menunggu dijemput sang kakek untuk pulang ke rumah.

Baca juga: Banjir di Permukiman Bantaran Sungai Kahayan Palangkaraya, Amel Terpaksa ke Sekolah Gunakan Jukung

Baca juga: Kondisi Cuaca Tak Menentu Jadi Kendala, Pembangunan Bundaran Besar Palangkaraya Capai 20 Persen

Sepatu dilepasnya, sembari melihat ke arah ke depan, di jalan Pelatuk yang saat ini tergenang banjir dengan ketinggian di akses jalam setinggi dada orang dewasa.

Nyaris satu jam dia menunggu jemputan untuk pulang ke rumah menggunakan jukung, namun Amel Kusnatul menganggap itu biasa saja, karena sudah sering aktivitas tersebut dijalaninya.

"Kalau banjir seperti ini berangkat sekolah jam 5 pagi, harus sudah siap. Menggunakan jukung diantar kakek," katanya, Rabu (8/2/2023).

Tak jarang seragam dan sepatunya basah akibat banjir yang terus berulang di area itu, namun apa boleh buat, mau tidak mau seusai pulang dicuci dan dijemur agar kering.

Kakek Amel Rismatul, bernama Teguh (54) akhirnya datang setelah ditunggu oleh cucunya beberapa waktu lamanya.

Teguh menuturkan, pasti ada kendala cucunya saat bersekolah atau belajar di rumah mengingat banjir seakan menjadi tamu rutin di daerahnya.

"Pasti ada kendalanya, kalau tidak ada perahu terpaksa menunggu. Resiko telat saat berangkat sekolah, gurunya juga menyadari," bebernya.

Tak hanya aktivitas sekolah anak-anak yang terganggu, memperoleh bahan kebutuhan makanan dan bekerja menjadi terganggu tak seperti tidak banjir.

Kendati demikian air bersih di sana masih mudah didapatkan, menggunakan sumur bor yang dialirkan melalui pompa air, kelistrikan dinilainya masih aman.

Dia berharap kepada pemerintah agar bantuan segera digelontorkan untuk membangun jalan, bukan bantuan sembako yang sifatnya sementara, yang sehari dua hari sudah habis.

"Harapannya dibangun jalan, bisa anak cucu menikmati. Kalau sembako kan hanya satu dua hari sudah habis," pungkasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved