Jelang Haul Guru Sekumpul 2023, Profil dan Sosok Guru Ijai di Mata Ustaz Abdul Somad

Pada 26 Januari 2023 bakal digelar haul Guru Sekumpul atau KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai), ulama besar asal Martapura

Editor: Dwi Sudarlan
Istimewa
Pada 26 Januari 2023 bakal digelar haul Guru Sekumpul atau KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai), ulama besar asal Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel). 

TRIBUNKALTENG.COM, MARTAPURA - Pada 26 Januari 2023 bakal digelar haul Guru Sekumpul atau KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai), ulama besar asal Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Berikut Profil Guru Sekumpul atau Guru Ijai, serta pandangan Ustaz Abdul Somad terhadap ulama kharismatik Kalimantan tersebut.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Haul Guru Sekumpul 2023 tidak lagi dipusatkan di kawasan Mushola Ar-Raudhah Sekumpul, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Kali ini dipusatkan di kawasan rumah pribadi Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor di Kampung Keramat, Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Baca juga: Jelang Haul Guru Sekumpul ke 18 di Martapura, 40 Tandon Air 1.200 Liter Disiapkan Sekitar Lokasi

Baca juga: Jelang Haul Guru Sekumpul, Jalan Dilebarkan dan Bangun Panggung Dekat Rumah Pribadi Gubernur Kalsel

Baca juga: Haul Guru Sekumpul 26 Januari Tidak di Mushola Ar-Raudhah Martapura, Cek Jalurnya dari Palangkaraya

Bagi Ustadz Abdul Somad atau UAS, Guru Sekumpul merupakan salah satu ulama panutan bagi dirinya.

Menurut dia, meskipun sudah lama wafat, sosok Guru Sekumpul belum tergantikan.

"Majelis sholawat teramai, majelis haul teramai sei Indonesia, orang bersholawat datang berbondong-bondong, di mana daya tariknya? Di mana magnetnya? Orang heran, Allah kalau sudah mencintai seorang hamba, ditembakkannya nur atau cahanya-Nya ke hati hamba, seluruh hamba itu akan mencintainya," kata UAS dikutip dari kanal youtube YASPIDA CIANJUR.

Ustadz Abdul Somad pun mengimbau kepada seluruh kaum muslimin untuk menghormati dan menyayangi ulama.

"Memulikan ulama dengan cara mengikuti tunjuk ajar kajiannya, hadir ke majelis-majelisnya," ucap UAS.

Profil Guru Sekumpul

Abah Guru Sekumpul atau nama aslinya Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, adalah salah seorang ulama yang populer di Kalimantan.

Ia lahir pada 11 Februari 1942 atau 27 Muharram 1361 H di desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Ayahnya bernama Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman, sedangkan ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.

Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

Adapun silsilahnya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.

Ketika kecil, Guru Sekumpul selalu dekat dengan ayah dan neneknya, yang selalu menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Al Quran.

Semenjak kecil ia sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama.

Selain nenek dan ayahnya, Guru Sekumpul juga mendapat didikan dari pamannya, Syekh Seman Mulia.

Pamannya mendidik baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru Seman pula yang mengajak Abah Guru Sekumpul mendatangi tokoh Islam terkenal di bidangnya baik di Kalimantan Selatan maupun di Jawa.

Salah satu contohnya, Guru Seman mengajakGuru Sekumpul belajar kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani, yang terkenal dalam bidang hadis dan tafsir.

Dalam perjalanannya, Guru Sekumpul menyadari bahwa pamannya adalah seorang ahli di hampir semua bidang keilmuan Islam, tetapi tidak menampakkannya ke depan khalayak.

Sifat itulah yang ditiru Guru Sekumpul, hingga dikenal sebagai pribadi yang mulia, penyabar, rida, pemurah, dan penyayang terhadap siapa saja.

Setelah melanglang buana belajar agama dan pendidikan lainnya, Guru Sekumpul mendapat mandat untuk mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Atas rekomendasi dari K.H. Abdul Qadir Hasan, K.H. Sya’rani Arif, dan K.H. Salim Ma’ruf, ia menjadi pengajar di pondok pesantren tersebut.

Lima tahun kemudian, Guru Sekumpul berhenti dan memilih melakukan kegiatan dakwah dengan membuka pengajian di rumahnya di Keraton Martapura.

Mulanya, pengajian ini diadakan hanya untuk menunjang pelajaran para santri di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, dengan diisi pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat, seperti Nahwu dan Saraf.

Namun, pada perkembangannya, jemaah yang menghadiri pengajiannya cukup beragam, bukan hanya dari kalangan santri, tetapi juga masyarakat umum.

Pengajian pun mulai berkembang dengan kitab yang lebih bervariasi, mulai dari kitab-kitab fikih, tasawuf, tafsir, dan hadi

Pada kesempatan itu, Abah Guru Sekumpul juga mulai menyiarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karangan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.

Selain itu juga, pengajian bertambah lengkap dengan diselipkan lantunan syair atau kasidah berisi pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad.

Karena pengajian di Keraton Martapura dirasa sudah tidak mampu lagi menampung jemaah, maka Abah Guru Sekumpul berinisiatif untuk pindah ke lokasi pengajian yang baru

Pada sekitar 1980-an, Abah Guru Sekumpul memilih wilayah Sungai Kacang sebagai lokasi rumahnya sekaligus tempat pengajian yang baru.

Lokasi baru itu kemudian dinamakan kompleks Ar-Raudhah, penamaan tersebut mengacu pada nama Ar-Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah. 

Guru Sekumpul kemudian mengalami sakit pada ginjalnya hingga harus dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.

Setelah sepuluh hari dirawat di Singapura, pada 9 Agustus 2005, Guru Sekumpul diperbolehkan pulang.

Namun, keesokan harinya, pada 10 Agustus 2005, Guru Sekumpul meninggal dunia di usia 63 tahun.

Guru Sekumpul dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di dekat Musala Ar Raudhah, Kalimantan Selatan.

Karya

Selama hidupnya, selain menjadi pendakwah, Guru Sekumpul juga aktif dalam kegiatan menulis.

Ia telah menghasilkan beberapa karya, yakni:

Risalah Mubaraqah

Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani

Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah

Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy  

Referensi:

Pena, Sterni. Toha, Alif. (2020). Guru Sekumpul: Kisah Singkat Guru Sekumpul. Yogyakarta: Global Press.

 

( Banjarmasinpost.co.id / Kompas.com )

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved