Bawa Panah dan Sajam, Massa Jaga Rumah Gubernur Papua, 1.800 Polisi Siap Jemput Lukas Enembe
Ratusan orang yang di antaranya membawa senjata tajam (sajam) dan panah menjaga rumah Gubernur Papua, Lukas Enembe
TRIBUNKALTENG.COM, JAYAPURA - Ratusan orang yang di antaranya membawa senjata tajam (sajam) dan panah menjaga rumah Gubernur Papua, Lukas Enembe.
Aksi itu dilakukan guna menjaga Gubernur Papua, Lukas Enembe dari kemungkinan upaya jemput paksa yang dilakukan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan polisi.
Lukas Enembe sendiri berada di dalam rumah yang dijaga massa dalam kondisi, seperti yang dikatakan kuasa hukumnya, sakit.
Dua kali Lukas Enembe mangkir dari pemanggilan pemeriksaan yang dilayangkan KPK.
Baca juga: KPK Cekal Lukas Enembe, Massa Datangi Mako Brimob Polda: Stop Kriminalisasi Gubernur Papua!
Baca juga: Gubernur Lukas Enembe Ditegur Kemendagri, Buntut Masuk Papua Nugini Lewat Jalur Tikus
Baca juga: Nekat ke Papua Nugini Lewat Jalur Tikus untuk Berobat, Gubernur Papua Lukas Enembe Dideportasi
Namun, kuasa hukumnya, mengatakan kliennya siap apabila diperiksa di rumah karena dalam kondisi sakit sehingga kesulitan bila datang ke Jakarta.
Selain menjaga rumah Lukas Enembe, massa juga menggelar mimbar bebas.
Mereka menuntut agar KPK menghentikan kasus dugaan suap dan gratifikasi yang menjerat kader Partai Demokrat itu.
Sebab, menurut mereka, penetapan Lukas Enembe sebagai tersangka kasus gratifikasi senilai Rp1 miliar tersebut sangat kuat muatan politis.
Berdasar pantauan Tribun-Papua.com, akses menuju lokasi rumah Lukas Enembe diblokade menggunakan ekskavator di sekitar 50 meter dari pagar masuk.
Seorang perwakilan massa, Koronal Kilenial Kogoya menyatakan mereka akan terus berjaga hingga masalah hukum yang menjeret Lukas Enembe selesai.
"Kami masih akan di sini, kalau mau periksa KPK datang ke sini," tegasnya.
Lukas Enembe sejak 5 September 2022 telah ditetapkan sebagai tersangka dan langsung dicekal untuk bepergian ke luar negeri.
Padahal, kondisi Lukas Enembe saat ini sedang sakit dan sangat membutuhkan penanganan media.
KPK telah memanggil Lukas Enembe sebagai tersangka pada 12 September 2022 namun ia tidak hadir karena sakit.
Kemudian KPK telah mengirim surat panggilan kedua kepada Lukas Enembe agar yang bersangkutan hadir untuk diperiksa di Gedung Merah Putih, Jakarta, pada 25 September 2022.
Lagi-lagi Lukas Enembe tidak datang.
Sementara perwakilan keluarga, Elvis Tabuni mengatakan Lukas Enembe tidak akan keluar dari rumah.
Termasuk menjalani perawatan di Jakarta.
Sebelumnya, KPK mempersilakan Lukas Enembe berobat ke Singapura.
Namun, Gubernur Papua dua periode itu harus lebih dulu menjalani proses pemeriksaan medis oleh KPK.
Tawaran yang diberikan oleh lembaga antirasuah itu pun ditolak pihak keluarga besar Lukas Enembe dengan alasan keselamatan.
Sebab, menurut Elvis Tabuni, Lukas Enembe menyampaikan adanya percobaan pembunuhan yang dialaminya sejak 2017 silam.
"Bapak (Lukas Enembe) sudah sampaikan bahwa diskriminasi ini dilakukan dari tahun 2017 sampai dengan hari ini. Negara mau membunuh saya," tegasnya.
Selain itu, Elvis Tabuni juga menyampaikan, pihak keluarga sangat kecewa atas penetapan sebagai tersangka.
Pasalnya, keluarga Lukas Enembe menilai, penetapan status tersangka tersebut cenderung kriminalisasi dan sarat muatan politis.
Padahal, seharusnya, Lukas Enembe diberikan penghargaan atss jasa dan pengabdiannya selama ini kepada negara.
"Selama 20 tahun pengabdian terhadap bangsa NKRI, mestinya harus diberi penghargaan yang terbaik, kami keluarga kecewa," tandasnya.
Siapkan 1.800 polisi
Di Jakarta, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan sudah menyiapkan 1.800 polisi di Papua yang mem-back up KPK.
"Terkait dengan kasus Lukas Enembe. Kami telah menyiapkan 1.800 personel di Papua. Dan kami siap untuk mem-back up apabila memang KPK meminta," kata dia, Jumat (30/9/2022).
Kapolri menegaskan pihaknya mendukung penuh usaha pemberantasan korupsi.
"Tentunya kami juga mendukung penuh pemberantasan korupsi," ucapnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Rumah Lukas Enembe Dijaga Ketat Ratusan Massa, Jalan Diblokade Pakai Ekskavator,