Berita Palangkaraya
Palangkaraya Sebagai Kota Layak Anak, Perlu Maksimalkan Program Peduli Anak
Ketua DPRD Kota Palangka Raya Sigit K Yunianto mengatkaan perlu adanya program peduli anak untuk memaksimalkan sebagai Kota Layak Anak di Palangkaraya
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA – Terwujudnya Palangkaraya sebagai kota layak anak mendapatkan apresiasi dari wakil rakyat setempat.
Ketua DPRD Kota Palangka Raya Sigit K Yunianto mengungkapkan, agar Pemerintah Kota Palangkaraya untuk perlu memaksimalkan program peduli anak.
Dengan program yang bersifat peduli dan melindungi membuat anak merasa nyaman dan aman.
Misalnya peduli gizi anak, peduli pendidikan anak dan peduli dengan adanya bakat dan minat anak.
“Jadi, buatlah program yang peduli anak yang di inisiasi oleh instansi yang berguna sebagai kota layak anak,” tegasnya.
Sigit K Yunianto menilai, usaha Pemerintah Kota Palangka Raya menerapkan sekolah ramah anak di beberapa lembaga sekolah sudah cukup baik.
Selain itupun mulai menerapkan taman ramah anak dan menyediakan tempat bermain anak yang ramah dan aman.
Baca juga: DPRD Kota Palangkaraya Dukung Perluasan Jaringan Internet di Dua Kecamatan
Baca juga: Ketua DPRD Kota Palangkaraya Ucapkan Selamat Hari Jadi Ke-76 TNI, Ini Harapannya
Baca juga: DPRD Kota Palangkaraya Dukung Perluasan Jaringan Internet di Dua Kecamatan
Karena menurutnya anak adalah generasi masa depan bangsa dan daerah, sehingga dari sisi pertumbungan dan perkembangannya benar-benar diperhatikan bersama.
Tak hanya orang tua namun pemerintah untuk memberikan fasilitas program-program yang terarah untuk mencetak SDM yang berkualitas ke depannya.
“Kami selaku pihak legislatif akan mendukung program yang memiliki tujuan untuk kesejahteraan masyarakat,” tambah Politikus PDI Perjuangan ini.
Hal lainnya ungkap Sigit K Yunianto, bagaimana ada program ataupun upaya pemerintah agar anak-anak di Kota Palangkaraya ini benar-benar dapat berkembangan secara baik.
Terutama ditengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, yang tentunya membatasi kegiatan ataupun aktivitas di luar maupun sekolah.
“Karena sedikit banyak secara perkembangan mental dan psikis mereka merasakan kebosanan ataupun dibatasinya ruang gerak untuk berkreasi,” pungkasnya. (*)