Idul Fitri 1442 H

Sejarah Idul Fitri di Masa Nabi Muhammad SAW, Rasulullah Merayakan Lebaran Dalam Kondisi Luka-luka

Seperti ini sejarah Hari Raya Idul Fitri di masa Nabi Muhammad SAW, Rasulullah merayakan lebaran dalam kondisi masih luka

Editor: Dwi Sudarlan
Tribun Pontianak
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri 

 TRIBUNKALTENG.COM - Seperti ini sejarah Hari Raya Idul Fitri di masa Nabi Muhammad SAW, Rasulullah merayakan lebaran dalam kondisi masih luka. 

Hari Raya Idul Fitri dimulai pada 1 Syawal setiap tahunnya.

Untuk tahun 2021 ini, Hari Raya Idul Fitri ditetapkan 13 Mei 2021 oleh PP Muhammadiyah.

Sementara pemerintah akan menetapkan 1 Syawal 1442 H pada 11 Mei 2021 melalui sidang isbat.

Setiap Hari Raya Idul Fitri, semua umat muslim di seluruh dunia merayakannya dengan penuh kebahagian.

Tapi bagaimanakah suasana dan kondisi Nabi Muhammad SAW saat merayakan hari raya Idul Fitri kali pertama?

Baca juga: Idul Fitri 1442 H di Depan Mata, Simak Panduan Lengkap Zakat Fitrah yang Mudah Dipahami

Baca juga: Jangan Lupa Mandi Wajib atau Mandi Junub Jelang Idul Fitri, Ini Tata Caranya Untuk Pria dan Wanita

Baca juga: Cara Mudah Bikin Kartu Lebaran Digital Desain Terbaru di HP Android dan iPhone, Pakai Aplikasi Ini

Ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri disyariatkan pada tahun pertama bulan hijriyah, namun baru dilaksanakan pada tahun kedua Hijriyah.

Sebelum ajaran Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Mekkah, masyarakat Jahiliyah Arab sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan.

Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta-pora.

Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga merayakan hari raya dengan bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan.

’Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno,’’ tulis Ensiklopedi Islam.

Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Daud dan Nasai)

Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing.

Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul mengutip sebuah hadits dari Abdullah bin Amar:

"Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ’’Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah).

Jika merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya.

Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif (lemah). Rasulullah Saw membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Abu Bakar pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi.

"’Pantaskah ada seruling setan di rumah, ya Rasulullah SAW?’’ tanya Abu Bakar.

"Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar. Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita,’’ sabda Rasulullah Saw.

Sejarah Idul Fitri

Menurut Ensiklopedia Islam, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam selepas Perang Badar pada 17 Ramadhan Tahun ke-2 Hijiriyah.

Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan.

Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.

Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa.

Dari sinilah lahirnya ungkapan "Minal 'Aidin wal Faidzin" yang lengkapnya ungkapan doa kaum Muslim saat itu: Allahummaj 'alna minal 'aidin walfaizin -- Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.

Baca juga: Tata Cara Sujud Sahwi yang Benar, Lupa Rakaat Dalam Sholat? Ini Bacaan dan Penyebab Sujud Sahwi

Baca juga: Jangan Ragu Ngopi, Ternyata Kopi Bermanfaat Baik Bagi Kesehatan Organ Hati atau Liver

Menurut sebuah riwayat, Nabi SAW dan para sahabat menunaikan Sholat Idul Fitri atau Sholat Ied pertama kali dalam kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar.

Rasulullah SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih.

Sampai-sampai Nabi SAW bersandar kepada Bilal ra dan menyampaikan khotbah Idul Fitri

Dalam suasana Id, para sahabat saling bertemu dengan mengucapkan doa "Taqobbalallahu minna waminkum" yang artinya "Semoga Allah menerima ibadah kita semua".

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata, bahwa jika para sahabat Rasulullah Saw berjumpa dengan hari ‘id (Idul Fithri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan:

“Taqobbalallahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian).”

Menurut Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah Saw pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Ied di atas lapang itu.

Sejak itulah, Nabi Muhammad Saw dan para sahabat menunaikan sholat Idul Fitri di lapangan terbuka, bukan di dalam masjid. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunPontianak.co.id dengan judul Sejarah Hari Raya Idul Fitri di Masa Rasulullah SAW

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved