Viral

Ini Kata Pengamat Bahasa tentang Cuping alias Cute Typing yang Lagi Viral Di Medsos

Lagi-lagi permainan kata viral di media sosial (medsos), kali ini yang populer adalah Cute Typing alias Cuping. Apa kata pengamat bahasa?

Editor: Dwi Sudarlan
Kompas.com/Nur Fitriatur Shalihah
Tangkapan layar channel tentang Cuping yang lagi viral 

"Ungkapan kemanjaan yang menggunakan bentuk-bentuk kata ala anak-anak cukup menonjol di samping kelebayan pemakaian variasi huruf biasa, kapital, dan angka. Kreativitas ini selanjutnya berhadapan dengan arti yang sulit ditebak karena tidak ada standar/prosedur pembentukan yang jelas," kata dia.

Lanjutnya, itu sebabnya ragam ini dapat menjadi register tersendiri karena bersifat rahasia dan hanya orang tertentu yang mampu memakainya. 

Dia juga mengatakan, untuk sebagian orang yang belum berjumpa ragam alay, ragam ini tampak wah dan menggiurkan.

Tapi saat mereka menggunakannya boleh jadi muncul masalah, karena pemakaiannya yang tidak praktis dan potensinya untuk miskomunikasi.

Terkait seberapa lama suatu ragam bertahan, dia memberi gambaran. Menurut penelitian yang pernah dia lakukan, ragam bahasa alay bertahan sekitar 6 bulan dan setelah itu tak ada lagi gaungnya, meski secara sporadis masih ada pemakainya di sana-sini.

"Mari kita tunggu berapa lama ragam ini dapat bertahan," imbuhnya.

Konvensi masyarakat

Dia juga menjelaskan bahwa bahasa adalah konvensi masyarakat dalam komunikasi.

Seperti mode, apa yang dulu pernah tren dan tenggelam sekarang muncul lagi saat kondisinya memungkinkan.

Menurut Bowo, boleh jadi beberapa pengguna cuping adalah pemakai bahasa alay yang dulu pernah berjaya, tetapi tidak populer lagi.

Baca juga: Kisah Ibu dan Anak Diusir Sekuriti Hotel Saat Bersantai di Pantai Sanur Jadi Viral, Begini Faktanya

Baca juga: Pohon Kelapa Unik Bercabang 9 Warisan Orangtua Ini Ditawar Rp 25 Juta

Dengan bantuan media sosial, mereka mengubah namanya menjadi 'Cute Typing' sekadar untuk kemasan yang lebih 'eye catching' daripada sekadar 'ragam alay' yang mungkin dianggap sudah kampungan.

"Bahwa ada inovasi sedikit di sana sini biasalah sekadar kemajuan zaman dan identitas 'baru'," tutur Bowo.

Dihubungi terpisah, Kaprodi Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Dwi Susanto juga menganggap Cuping atau cute typing bukan bahasa slank, tapi hanya ragam bahasa.

"Tertentu saja yang mengerti tidak semua paham. Kecuali itu sudah meluas baru bisa disebut slank," kata Dwi saat dihubungi Kamis (25/3/2021).

Menurutnya munculnya fenomena ini bisa dipandang dari sisi positif maupun negatif. 

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved