Kajian Islam
Soal Arba Mustamir, Begini Penjelasannya
Di sebagian masyarakat Banjar, tradisi memperingati Arba Mustamir pun masih dilakukan hingga saat ini.
Penulis: Rahmadhani | Editor: Mustain Khaitami
Ada juga yang meyakini nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit perut akibat adanya sejenis ulat besar berbahaya yang bersarang di dalamnya.
Pendapat lain menyatakan safar adalah sejenis angin berhawa panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan orang yang ditimpanya menjadi sakit.
Barangkali dengan beberapa keyakinan dan peristiwa ini, muncul kepercayaan akan sialnya bulan Safar; tak lain merupakan khurafat atau khayalan turun temurun dari nenek moyang yang kemungkinan tidak beragama Islam.
Safar sebenarnya bulan biasa, tidak mempunyai keistimewaan yang harus menjadi sorotan.
Bulan yang mendapat sorotan dalam Alquran adalah bulan haram, yaitu Zulqadah, Zulhijjah, Muharam, Rajab (At-Taubah, 36), dan bulan Ramadan (Al Baqarah 185). Nabi Muhammad SAW melarang menjelek-jelek masa, sabda beliau: “Allah, Dialah yang menciptakan masa. Allah SWT juga mengatur segala-galanya pada waktu siang dan malam.” (HR.Muslim, 2246)
"Dapat kita simpulkan bahwa persepsi Safar bulan sial tidak berdasarkan Alquran dan Hadis, hal itu hanya pendapat seorang ulama (Syekh Abdul Hamid Muhammad Ali Quds); karenanya tidak dapat dijadikan dasar. Hadis tentang nahasnya Arba Mustamir menurut Syekh Abdurrahman bin Ali di dalam kitabnya Tamyiz At-Thayyib Min Al Khabaits adalah hadits maudhu (palsu)," katanya seperti pernah diberikan Banjarmasin Post pada edisi 13 Desember 2013.
Batimbang anak yang dilahirkan di bulan Safar agar terhindar dari kejelekan hanyalah kebiasaaan; seorang anak yang baru lahir menurut Islam hendaklah diazankan, dicukur rambutnya, diberi nama yang baik, diakikahi dan dikhitan.
"Tahukah anda almarhum KH Zaini Gani (guru Sakumpul) memulai membangun rumah pada bulan Safar, dan beliau menyarankan kepada pengusaha muda H Norhin (Citra Sasirangan) untuk memulai membangun perumahan di Citra Graha, Jl A. Yari Km 17,5 tahun 2006 pada bulan Safar. (dikutip dari khutbah Jumat, di Mesjid Jami, Banjarmasin, oleh KH Abdusamad Sulaiman, 6 Desember 2013 M/2 Safar 1435 H)," tutupnya.