Kabar Kalimantan
Gawat! Tanaman Padi Petani Diserang Burung Pipit, Begini Saran Dinas Pertanian
Musanif menjelaskan, setelah menerima laporan dari masyarakat, pihaknya langsung menurunkan tim untuk membantu petani di Desa Gapura.
Jumat, 4 Agustus 2017 08:34
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TITO RAMADHANI
Musanif, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sambas.
TRIBUNKALTENG.COM, SAMBAS - Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sambas, Musanif membenarkan adanya serangan hama burung pipit, yang menyerang sekitar 45 hektare tanaman padi milik petani di Dusun Segarau, Desa Gapura, Kecamatan Sambas.
"Burung pipit memang biasa menyerang tanaman padi, cuma selama ini belum pernah rasanya ada laporan terjadi di Sambas seperti ini, jadi baru kali ini. Lokasi tanaman padi petani yang terserang burung pipit ini di lokasi cetak sawah tahun lalu. Yang itu dilaksanakan mereka masih swadaya. Tapi kalau menurut saya ini masih bisa kita kendalikan, hanya yang saya dapat laporan sampai 45 hektare baru kali ini. Informasinya burung-burung pipit yang datang berbondong-bondong, namun sewaktu petugas saya turun di lapangan dengan pengamat hama, sudah kami klasifikasikan," ungkapnya, Jumat (4/8/2017).
Musanif menjelaskan, setelah menerima laporan dari masyarakat, pihaknya langsung menurunkan tim untuk membantu petani di Desa Gapura.
"Iya sudah kami terima laporan dari masyarakat, sejak laporannya diterima pada Jumat lalu petugas kami sudah berada di lapangan untuk membantu mengatasi persoalan petani," jelasnya.
Menurut Musanif, pihaknya juga sudah mendapatkan laporan dari para petugas yang turun di lapangan, terkait jumlah luasan kerusakan tanaman padi yang terserang burung pipit.
"Kerusakan yang berat sekitar 6 hektare, kemudian sekitar 9 hektare mengalami kerusakan sedang, sisanya masih dipengaruhi oleh hama. Jadi tidak hanya burung pipit ya, walang sangit juga. Walang sangit dulu menyerang, lalu ditambah lagi serangan burung pipit," ujarnya.
Diterangkannya, pihaknya akan membantu petani dalam upaya mengatasi atau mencegah serbuan hama serupa, jika nantinya ada ditemukan lagi.
Pihaknya akan membantu petani memberantas hama walang sangit dan memberikan metode cara mengusir hama burung pipit tersebut.
"Kami sudah memfasilitasi petani, untuk pengendalian hama walang sangitnya. Kemudian kami berikan penyuluhan bagaimana cara menghindari serangan burung pipit ini. Petugas kami sudah turun, jadi menurut saya kalau diberikan jala atau pukat, kurang efektif. Kemudian biayanya juga besar, kita ndak punya dana untuk itu. Jadi kami coba kearifan lokal petani kita yang pernah menerapkan di Kecamatan Paloh, petani di sana membuatkan layangan besar-besar, di gantung setiap satu borong satu-satu 40 meter pakai bambu," terangnya.
Menurut Musanif, berdasarkan pengalaman petani yang di Paloh, cara seperti ini cukup efektif mengusir burung pipit.
"Saya sendiri yang sudah melihat di Paloh itu, jadi mudah-mudahan ini juga bisa diatasi. Karena ini biayanya lebih murah, paling-paling satu alat sekitar Rp 10 ribu. Saya sudah meminta kepada masyarakat dan petugas kita, untuk memonitor ini terus. Kalau memang cara ini efektif, akan kita terapkan ke daerah lain yang banyak serangan burungnya," paparnya.
Serangan hama burung pipit ini, dikatakan Musanif baru kali pertama terjadi dalam tahun 2017 ini sehingga ia berharap, dengan adanya kejadian seperti ini, akan ditemukan metode terbaik untuk pencegahannya.