Kisah Soeharto Sebelum Wafat, Pesan Terakhirnya Minta Jangan Dendam
Tak salah, Tutut diyakini banyak orang, sebagai keturunan Cendana yang paling dipercaya oleh Soeharto.
TRIBUNKALTENG.COM - Dikenal gemar bermedia sosial, Hj Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut sangat sering mengunggah cerita, baik di Instagram mau pun situs pribadinya.
Bahkan, anak mbarep (sulung) dari Soeharto itu tak ragu membalas setiap pertanyaan netizen di kolom komentar.
Lewat postingannya, Tutut kerap membagikan kisah dan cerita kenangan saat ayahnya masih hidup.
Baca: Sehari Menjelang Soeharto Lengser 20 Tahun Lalu, Ini Cerita yang Terjadi di Ruang Tamu Jalan Cendana
Baca: Warga Jalan Murjani Palangkaraya Geger Janin Bayi Dimasukkan Dalam Toples
Baca: VIDEO: 2 Siswa SMA Ditangkap Jual Adik Kelas Rp12 Juta Sekali Kencan ke Pria Hidung Belang
Maklum, sebaga anak mbarep, Tutut-lah yang menjadi pendamping Soeharto, selepas Ibu Negara, Tien Soeharto, lebih dulu tutup usia.
Tak salah, Tutut diyakini banyak orang, sebagai keturunan Cendana yang paling dipercaya oleh Soeharto.
Nah, satu postingan terakhir Mbak Tutut, menceritakan kenangan sedihnya, menjelang Soeharto tutup usia.
Lewat postingan ini, Tutut menulis pesan terakhir sang ayahanda kepadanya.
Pesan terakhir itu juga ditulis oleh Tutut di situs miliknya, tututsoeharto.id.
Beginilah tulisan Tutut Soeharto :
“Wuk, Tutut, sini kamu deket bapak.”
“Dalem bapak. Bapak ngersaaken menopo. (menginginkan apa),” mendekat saya menjawab.
“Ora (tidak)… Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik,” bapak menjawab lirih.
“Ada apa tho bapak,” bingung saya menyaut.
“Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu,” kata bapak.
“Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu, Insya Allah bapak akan sembuh kembali,” saya menjawab mulai merinding.