Kabar Dunia
Dibangun Rumah dan Toilet Umum, Ternyata Kuburan Massal Berisi 3000 Jenazah Ada di Bawahnya
Sang tuan tanah, yang dicurigai terlibat dalam pembunuhan massal itu akhirnya ditangkap, dan diinterogasi.
TRIBUNKALTENG.COM - Nyaris seperempat abad paska genosida (pembunuhan massal) di Rwanda berlalu, Kamis (26/4/2018) pihak berwenang setempat membongkar kuburan massal yang memuat lebih dari 2.000 jenazah.
Penemuan ini dianggap paling signifikan, sepanjang negara yang mendiami Afrika Timur itu masih mengobati luka paska tragedi berdarah 1994.
Seperti diketahui, pembunuhan massal itu tercatat menewaskan lebih dari 800.000 orang.
Baca: Heboh Video Kuburan Digali Kembali di Km 7 Gambut, Ternyata Orangnya Masih Hidup Begini Ceritanya
Baca: TKA Jadi Buruh Kasar hingga Gaji 3 Kali Lipat, Para Tokoh Ini Buka Suara
Baca: Cerai Sebelum Genap Satu Bulan Menikah, Begini Reaksi Istri Daus Mini Soal Hubungan Suami Istri
Beberapa warga Rwanda curiga, penduduk di daerah Gasabo, tempat kuburan massal itu ditemukan, selama ini sengaja menyimpan rapat keberadaan kuburan massal itu bertahun-tahun.
"Mereka yang bertanggung jawab penuh atas pembunuhan kerabat kami, tidak akan pernah memberi tahu dimana ratusan korban itu mereka kuburkan. Lantas, bagaimana kamu bisa berdamai dengan orang seperti itu?" isak seorang penduduk setempat, Mukantagazwa, tak kuasa menahan tangisnya dikutip Grid.ID dari The Asociated Press.
Mukantagazwa mengaku kehilangan ayah dan keluarganya dalam pembunuhan massal itu.
Ia yakin betul jasad mereka berada di kuburan yang baru saja ditemukan.
Penemuan kuburan massal di distrik Gasabo terjadi beberapa hari paska peringatan 24 tahun pembunuhan massal terhadap suku Tutsi dan kaum Hutu moderat.
"Sangat mengganggu mengetahui satu per satu kuburan massal ditemukan di Rwanda, sementara pelaku hari ini bisa leluasa berkeliaran dan tidak pernah diadili" tulis harisan The New Times dalam editorial pekan ini.
Getir, editorial itu menggaris-bawahi, "Orang-orang sangat kejam tengah berkeliaran di sekitar kita."
Sementara itu, Rashid Rwigamba, dari organisasi penyintas pembunuhan massal, Ibuka, mencatat sekitar 2.000 hingga 3.000 orang diperkirakan dimakamkan di kuburan massal di Gasabo.
Penemuan kuburan massal bermula ketika seorang tuan tanah setempat menolak menjawab pertanyaan tentang kuburan massal yang diajukan tim pencari fakta Ibuka.