Haul ke 218 Datu Kelampayan

Biografi Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Jelang Haul di Martapura Kalsel

Pelaksaan Haul Ke-218 Datu Kelampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, rencananya akan berlangsung Senin (15/4/2024).

|
Editor: Nia Kurniawan
Istimewa via Banjarmasin Post
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. pelaksaan Haul Ke-218 Datu Kelampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, rencananya akan berlangsung Senin (15/4/2024). 

TRIBUNKALTENG.COM, MARTAPURA -  Jelang pelaksaan Haul Ke-218 Datu Kelampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, rencananya akan berlangsung Senin (15/4/2024).

Berikut sosok Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan kabar jelang Datu Kalampayan yang akan digelar di Masjid Tuhfaturroghibin Desa Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan.

Rencananya Haul Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kelampaian akan hadiri Wakil Ketua PBNU Pusat, KH Zulfa Mustofa.

Menurut, Kapolres Banjar AKBP Ifan Hariyat, pihaknya akan dibantu Polda Kalimantan Selatan untuk pengamanan kegiatan Haul Akbar Datu Kelampaian

"Pelaksanan pengamanan akan dibantu pihak Polda Kalsel. Dari polres Banjar akan dikerahkan 2/3 kekuatan pasukan," ujar AKBP Ifan Hariyat.

Selain itu, dijelaskan Kapolres, soal pengamanan akan dibantu dari Brimob serta para relawan. 

"Untuk total pasukan maupun rekayasa jalur akan disampaikan setelah perencanaan rapat bersama jajaran. Insya Allah 2 atau 3 hari mendatang kita siapkan," ujar Kapolres.

Nah, Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin dijadwalkan hadir pada acara Haul ke-218 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kelampayan, Senin (15/4/2024) di Masjid Tuhfaturroghibin Dalam Pagar Martapura.

Rencana itu terungkap saat rapat persiapan haul di Ruang Rapat PM Noor Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel, Banjarbaru baru-baru ini.

Rapat yang dipimpin Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Roy Rizali Anwar tersebut turut memunculkan wacana kehadiran Wakil Ketua PBNU Pusat, KH Zulfa Mustofa untuk mengisi tausiyah pada haul nanti.

Rencana itu juga dikonfirmasi Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Setda Provinsi Kalsel, Berkatullah.

“Untuk Wapres sudah kita undang, sudah diagendakan Insya Allah sesuai dengan hasil koordinasi kami, mudahan tidak ada perubahan, beliau Insya Allah hadir,” ungkapnya.

Berkatullah menyebut, Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor menyumbangkan 100 ekor sapi untuk pelaksanaan Haul Datu Kelampayan tahun ini.

Kemudian, ada 37 warung gratis untuk jemaah haul yang disebar di sejumlah lokasi. Selain itu, disediakan sarana penyeberangan jemaah menggunakan kapal dan bantuan rekayasa lalu lintas. Sedangkan untuk antisipasi kemacetan, jalan akan ditutup sejak pukul 07.00 Wita.

“Paman Birin ingin haul ini digaungkan hingga ke tingkat nasional, bahkan internasional,” ujarnya.

Biografi Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah seorang ulama besar yang berasal dari Kerajaan Banjar di Martapura, Kalimantan Selatan.

Ia lahir di Martapura, yang menjadi salah satu pusat keagamaan Islam di Indonesia pada abad ke-16.

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari berperan besar dalam penyebaran Islam pada abad ke-18. Ia merupakan pengarang Kitab Sabilal Muhtadin, yang menjadi rujukan bagi para mahasiswa yang mendalami agama Islam di Asia Tenggara dan Mesir.

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari lahir di Martapura, Kalimantan Selatan, pada 17 Maret 1710 M atau 1122 H.

Nama asli Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah Sayyid Ja'far Al-Aydarus. Ia kemudian mendapat julukan Datu Kalampaian.

Sejak kecil hingga dewasa, ia belajar agama Islam langsung dari keluarganya.

Di samping itu, ia juga diberikan pelatihan membuat kaligrafi. Sekitar umur 30 tahun, Muhammad Arsyad Al-Banjari ingin melanjutkan pendidikannya ke Tanah Suci Mekkah.

Keinginan itu dikabulkan oleh pemerintah Kesultanan Banjar pada 1739.

Muhammad Arsyad al-Banjari berangkat ke Arab dan melakukan ibadah haji terlebih dulu. Setelah itu, ia bermukim di Haramain selama beberapa tahun untuk menuntut ilmu agama Islam.

Selama Muhammad Arsyad Al-Banjari belajar di Mekkah, ia berguru langsung kepada beberapa guru besar, seperti Syekh Hasan bin Ahmad al-Yamani, Syekh Ahmad bin Abdul Mun'im ad-Damanhuri, dan Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az-Zabidi.

Selain itu, ada beberapa ulama yang mendidiknya, yakni: Syekh Abdullah Mirghani Syekh Abdul Wahab at-Thantawy Syekh Abis as-Sandy Syekh Abdul Gani bin Muhammad Hilal Syekh Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawy Syekh Shiddiq bin Umar Khan Syekh Salim Abdullah al-Bishri

Muhammad Arsyad Al-Banjari mempelajari berbagai bidang keilmuan, seperti fikih mazhab Syafi'i, tasawuf, sains, hingga astronomi.

Selama belajar di Arab, ia pun bersahabat dengan beberapa orang dari Tanah Air yang juga menuntut ilmu di sana.

Mereka adalah Abdul Rahman al-Batawi, Daud al-Fatani, Abdul Shomad al-Palimbani, dan Abdul Wahab al-Makassari.

Kembali ke Tanah Air Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kembali ke tanah kelahirannya pada 1772.

Kedatangannya disambut oleh Sultan Tahmidullah II, yang saat itu memimpin Kesultanan Banjar.

Ia pun ditunjuk oleh Sultan Tahmidullah II menjadi ulama untuk mengembangkan keilmuan dan memajukan agama Islam di Kesultanan Banjar.

Penunjukkan Muhammad Arsyad al-Banjari sebagai tokoh atau ulama di Kesultanan Banjar disambut dengan baik oleh masyarakat. Bahkan, Sultan Tahmidullah II juga menjadi salah satu muridnya.

Sultan Tahmidullah II inilah yang kemudian menekannya untuk mengarang sebuah kitab. Muhammad Arsyad al-Banjari kemudian mengarang Kitab Sabilal Mubtadin, yang menjadi pedoman pendidikan agama Islam di Kesultanan Banjar dan bahkan menjadi rujukan bagi penuntut ilmu Islam di Asia Tenggara.

Selama menjadi ulama besar di Kesultanan Banjar, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari berperan merevolusi metode pendidikan Islam.

Ia membuka pusat pendidikan agama Islam atau sebuah pondok pesantren yang diberi nama Dalam Pagar.

Pondok pesantren Dalam Pagar ini kemudian berkembang pesat dan menjadi sebuah perkampungan yang ramai untuk menuntut ilmu agama Islam kala itu.

Banyak ulama-ulama di Banjar pada saat itu merupakan lulusan dari Dalam Pagar pimpinan Muhammad Arsyad al-Banjari.

Selain menjadi ulama dan guru panutan di Kesultanan Banjar dan menulis Kitab Sabilal Mubtadin, ia juga aktif mengarang kitab-kitab lainnya.

Berikut adalah kitab-kitab karangan dari Muhammad Arsyad al-Banjari. Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh Kitab Tuhfatur Raghibin Kitab Nuqtatul Ajlan Kitabul Fara-idl Kitab Sabi al-Muhtadin li at-Tafaqquh fi Amriddin Kitab Kanz al-Makrifah Kitab Luqtat al-’Ijlan fi Bayan al-Haid wa Istihada wa Nifas al-Niswan

Setelah mengabdikan diri bagi perkembangan agama Islam dan kemajuan pendidikan di Kesultanan Banjar, Muhammad Arsyad al-Banjari meninggal pada 1812 di usia 102 tahun.

Setelah kematiannya, namanya terus dikenang sebagai ulama besar dari Kalimantan. Muhammad Arsyad Al-Banjari juga dikenang sebagai pedakwah di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara.

( Kompas/Banjarmasinpost/ Tribunkalteng.com )

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved