Liga Europa

Psywar Mourinho Jelang Final AS Roma vs Sevilla: Raja Liga Europa Itu Takhayul, Ini Final Baru

Mourinho menilai julukan Sevilla sebagai Raja Liga Europa adalah takhayul yang tidak dapat dijadikan jaminan kemenangan atas AS Roma.

|
Editor: Dwi Sudarlan
Twitter Europa League
AS Roma vs Sevilla Final Liga Europa Penentu Mourinho ke Liga Champions 

TRIBUNKALTENG.COM - Pelatih AS Roma, Jose Mourinho optimistis klubnya mampu meraih trofi juara Liga Europa atas Sevilla. Psywar (perang urat saraf) pun mulai dilakukan.

Mourinho menilai  julukan Sevilla sebagai Raja Liga Europa adalah takhayul yang tidak dapat dijadikan jaminan kemenangan atas AS Roma.

Final Liga Europa AS Roma vs Sevilla berlangsung Puskas Arena, besok malam atau Kamis (1/5/2023) dinihari WIB.

Dalam wawancara dengan UEFA seperti dilansir Romapress, Selasa (30/5/2023), Mourinho menegaskan sejarah dan kesuksesan masa lalu tidak memliki pengaruh besar pada kejadian saat ini. 

Baca juga: Durian Runtuh Mourinho Jika Juara Liga Europa, AS Roma vs Sevilla Final Penentu ke Liga Champions

Baca juga: Mourinho Lockdown Latihan Jelang AS Roma vs Sevilla di Final Liga Europa Cuma Staf Medis Boleh Masuk

Baca juga: Perang AS Roma vs Sevilla Makin Dekat, Dybala Digenjot Sembuh, Mourinho Siapkan Skenario Cadangan

“Sejarah tidak membuat Anda memenangkan pertandingan. Anda menonton Real Madrid bermain di final dan berpikir Real Madrid memenangkan semua final. Anda melihat Sevilla dan mengatakan bahwa Sevilla memenangkan semua final. Namun kenyataannya sejarah klub tidak memenangkan pertandingan.”

“Takhayul adalah sesuatu yang tidak saya sukai, jadi saya juga tidak menganggap takhayul sebagai faktor. Ini final baru. Ini cerita baru. Mereka punya pengalaman karena mereka telah memainkan banyak final selama bertahun-tahun, tapi kami juga bermain di satu final tahun lalu. Jadi tidak masalah, saya hanya ingin bermain game.”

“Bisakah saya menjadi pelatih pertama yang memenangkan kompetisi ini dengan tiga tim berbeda? Saya tidak peduli. Kami bekerja untuk para penggemar. Pada titik ini dalam karier saya, saya berpikir tentang kebahagiaan yang dapat kami berikan kepada semua orang ini,” papar Mourinho.

“Mencapai final ini adalah sesuatu yang tidak diharapkan siapa pun di awal musim, mengingat kualitas luar biasa dari tim-tim di Liga Europa. Barcelona dan Arsenal berpartisipasi dalam kompetisi ini dan tersingkir sangat, sangat awal. Bagi AS Roma berada di final ini sangat berarti. Jadi mari kita coba sekarang untuk memberikan kegembiraan terakhir kepada para penggemar,” lanjut pelatih asal Portugal ini.

Sevilla selama ini memang dijuluki Raja Liga Europa karena memiliki catatan seratus persen juara di pentas antarklub level dua di Eropa itu.

Namun lawannya, adalah AS Roma asuhan Jose Mourinho, yang selalu menang jika membawa timnya  lolos ke final kompetisi level Eropa.

DNA juara Sevilla di pentas ini ditanamkan sejak ajang tersebut bernama Piala UEFA.

Klub berjuluk Los Nervionenses memenangi trofi dua kali secara beruntun pada 2005-2006 dan 2006-2007.

Usai berganti format menjadi Liga Europa, tradisi mereka angkat trofi tetap lestari.

Siapa pun pelatihnya, Sevilla selalu berhasil menaklukkan lawan di final edisi 2014, 2015, 2016, dan terakhir 2020.

Entah itu Unai Emery hingga Julen Lopetegui, trofi Liga Europa sukses dibawa pulang ke Andalusia.

Gelar terakhir tiga tahun silam mereka raih setelah mengalahkan Inter Milan 3-2 pada final di Koeln.

Asa melanjutkan kesempurnaan ditumpahkan pula ke pertandingan di Budapest nanti ketika pasukan Jose Mendilibar melawan wakil lain Serie A, AS Roma.

Masalahnya, AS Roma memiliki DNA istimewa pelatihnya, Jose Mourinho, yang punya rekor sempurna di final kontinental.

Lima kali menembus partai puncak, lima kali pula The Special One merenggut medali juara.

Mourinho memulai era kejayaan dengan membawa FC Porto juara Piala UEFA 2002-2003.

Sang Naga dari Portugal mengalahkan Celtic FC 3-2 dalam laga, yang uniknya, digelar di Sevilla.

Semusim kemudian, Mourinho meningkatkan prestasi satu level lebih tinggi dengan membawa Porto kampiun Liga Champions 2003-2004.

Deco Souza dkk menggilas AS Monaco 3-0 untuk menandakan munculnya Mourinho di jajaran pelatih elite Benua Biru.

Butuh waktu 6 tahun bagi Mou untuk menguasai Eropa kembali lewat trofi Liga Champions.

Pada final di Madrid, 2010, ia mengantar Inter Milan menghajar Bayern 2-0 sekaligus melengkapi torehan treble winners.

Kemudian Manchester United mendapatkan giliran dibawa Mourinho juara Liga Europa 2016-2017.

Gol-gol Paul Pogba dan Henrikh Mkhitaryan menuntaskan perlawanan Ajax 2-0 pada final di Solna.

Dia sekaligus mempersembahkan gelar Eropa terakhir bagi Man United sampai sekarang.

Terbaru, Mourinho melengkapi riwayat hidupnya dengan menjuarai kompetisi level ketiga, UEFA Conference League.

AS Roma memenangi edisi inaugurasi musim lalu setelah menekuk Feyenoord 1-0 di Tirana, Mei 2022.

Kemenangan itu pula yang meyakinkan Mourinho buat berusaha menorehkan trofi back-to-back di dua level kejuaraan berbeda musim ini.

"Biasanya cuma klub besar dengan sejarah hebat yang mampu mencapai dua final konsekutif di Eropa, dan itu pun tak mudah bagi mereka," kata Mourinho.

"Bagi kami, kesuksesan sekarang (masuk final Liga Europa setelah tahun lalu Conference League) sungguh bernilai."

"Saya tak terlalu memikirkan apa yang telah saya menangi dalam karier. Masa lalu akan tetap begitu adanya, sejarah tak bisa dihapus."

"Tapi saya selalu melihat masa depan, mungkin itulah rahasia filosofi saya," tegas Mourinho.

 

 

( Bolasport.com / Tribunkalteng.com )

 

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved