Potret Michael Rockefeller, Kisah Hilang di Hutan Papua Jadi Santapan Suku Kanibal, ini Faktanya

Kisah Michael Rockefeller, Putra orang terkaya di dunia, hilangn di rimba Papua, konon dimakan suku kanibal.

Editor: Nia Kurniawan
President and Fellows of Harvard University; Peabody Museum of Archeology and Ethnology
Michael Rockefeller 

Michael adalah pewaris dinasti Rockefeller yang merupakan keluarga paling kuat dalam sejarah Amerika Serikat.

Saat menghilang, anak Nelson Rockefeller –gubernur New York saat itu yang kemudian menjadi wakil presiden di era Gerald Ford-- itu sedang dalam perjalanan mengumpulkan benda seni primitif dari salah satu sudut terpencil di bumi.

Ini  dilakukan sejak 23 tahun sebelumnya.

Penjelasan resmi yang dikemukakan oleh penguasa Belanda, yang mengawasi koloni di Papua, Michael Rockefeller tenggelam setelah mencoba untuk berenang ke pantai saat perahu yang ditumpanginya terbalik.

Sedang statemen lainnya bersikeras, Michael Rockefeller mengalami nasib yang lebih mengerikan.

Dia dibunuh dan dimakan oleh suku kanibal yang membalas dendam pada orang kulit putih untuk serangan Belanda pada desa mereka.

Statemen ada suku di Papua yang memakan manusia, sepertinya bakal terbantahkan oleh film dokumenter yang dibuat Fraser Heston, putra aktor Charlton Heston, itu.

Para peneliti pun menilai cuplikan film dari kano putih misterius menunjukkan kemungkinan yang menakjubkan.

Alih-alih dibunuh dan dimakan, Michael Rockefeller yang merupakan lulusan Harvard AS itu menolak masa lalu beradabnya dan bergabung dengan suku kanibal.

Seorang antropolog menilai, saat hilangnya Michael, suku Asmat di Papua dikenal sebagai bangsa kanibal.

Menempati 10.000 mil persegi hutan rawa di pantai selatan koloni Belanda, suku Asmat dikabarkan sangat ganas karena membuat patung kayu yang digosok dengan darah orang-orang yang mereka bunuh, serta tengkorak yang mereka kumpulkan dari musuh suku, makan otak mereka dalam ritual sakral yang dipercaya memberi kekuatan.

Cara haus darah hidup mereka berkisar serangan balas dendam tak berujung terhadap desa-desa tetangga.

Setiap kali anggota suku tewas, mereka harus membalas dengan mengambil tengkorak musuh-musuhnya, baik laki-laki, wanita atau anak-anak.

Setelah enam bulan mengamati suku Asmat, Michael Rockefeller menulis tentang seni menakjubkan yang telah diperoleh dan daya tarik dengan budaya Asmat.

Ayahnya kemudian mengatakan anaknya mengaku gelisah dan tidak merasa bahagia.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved