Preman Pensiun 7
LINK Gratis Streaming Preman Pensiun 7 Hari Ini di RCTI 19.00 WIB, Reymon Diincar Saep Jadi Copet
Preman Pensiun 7 hari ini juga bisa ditonton melalui Live Streaming TV Online RCTI plus secara gratis, hari ini cerita baru jam 19.00 WIB.
Penulis: Nor Aina | Editor: Nia Kurniawan
TRIBUNKALTENG.COM - Sinetron Preman Pensiun 7 yang dibintangi Epy Kusnandar hari ini kembali tayang di RCTI. Ini Link Live Streaming nya.
Selain di televisi, Preman Pensiun 7 hari ini juga bisa ditonton melalui Live Streaming TV Online RCTI plus secara gratis.
Tidak hanya Link Live Streaming, artikel ini juga menyajikan alur cerita terbaru Preman Pensiun 7 yang tayang malam ini pukul 19.00 WIB.
Alur cerita Preman Pensiun 7 malam ini hadir dengan episode barunya yang mengisahkan aksi Saep di pasar berhasil.
Baca juga: Kang Gobang Kini Comeback di Preman Pensiun 7, Ini Sosok Pemeran Bos Terminal di Preman Pensiun 4
Bahkan Saep juga berencana akan merekrut orang untuk jadi pengikutnya.
Menariknya, orang yang akan direkrut untuk menjadi pengikutnya itu adalah Reymon.
Kini, Reymon menjadi sasaran Saep untuk menjadi pengikutnya mencopet di jalanan atau di pasar.
Alur kisah Preman Pensiun 7 hari ini berawal saat seorang ibu kehilangan dompetnya di pasar.
Mendengar kabar itu, Ajun langsung menghampiri ibu tersebut di dalam pasar untuk membuktikannya.
Ajun pun menelepon Taslim untuk memberitahu bahwa ada pencopet.
"Di mana?, di pasar ada yang kecopetan," tanya Ajun sembari memberitahu Taslim.
Rupanya, aksi Saep mencopet di pasar tampak berhasil.
Mengetahui pasar tidak aman, Taslim dan kawan-kawannya tampak ketakutan.
Taslim bahkan memberitahu Ajun dan Mawar agar kejadian tersebut tidak diketahui Murad.
"Kacau, jangan sampai bang Murad tahu," ucap Taslim.
Di sisi lain, Saep tampak ingin merekrut orang untuk menjadi pengikutnya.
Melihat Reymon tengah duduk sendirian di taman, Saep langsung datang menghampiri Reymon.
Reymon yang menjadi sasaran Saep ini pun sontak ditanya-tanya.
Saep bertanya apakah Reymon tengah jatuh miskin.
"Sekarang bapak miskin?," tanya Saep.
Dengan tegas Reymon mengiyakan bahwa dirinya tengah jatuh miskin.
"Ya bisa dibilang saya sedang jatuh miskin," sahut Reymon.
Melihat responnya yang tegas, dengan rasa takut Saep kembali bertanya soal Iman ke Reymon.
"Satu pertanyaan lagi, bapak lemah iman?," tanya Saep kembali.
Dengan mata melongo, Reymon marah ke Saep lantaran sudah menanyakan soal Imannya.
"Apa urusannya, kamu nanya-nanya soal Iman saya," ucap Reymon.
Lebih lanjut, Taslim tampak pasrah lantaran ia merasa gagal dalam menjaga pasar.
"Kalau pasar gak aman, kita juga percuma ada di sini," kata Taslim.
Mendengar itu, Ajun dan Mawar juga merasa kesal lantaran tidak bisa menjaga pasar dengan baik.
Lantas apakah Reymon yang menjadi sasaran, akan mengikuti jejak Saep?
Agar tidak ketinggalan dengan alur ceritanya, saksikan Preman Pensiun 7 di Link Live Streaming TV Online Gratis berikut ini:
Sinetron Preman Pensiun
Melansir Wikipedia, Preman Pensiun adalah sinetron bergenre drama komedi yang ditayangkan di RCTI dan diproduksi oleh MNC Pictures.
Serial ini menceritakan seseorang bernama Bahar sebenarnya hanya preman “kecil”, tetapi wilayahnya cukup luas, selain menjadi “backing” para pedagang kaki lima, juga menguasai sebuah pasar dan terminal.
Kisah yang akan dituturkan dalam serial ini bukanlah perjalanan hidupnya sejak awal, meskipun dalam beberapa dialog terceritakan juga, melainkan kisah di masa tuanya ketika dia memutuskan untuk pensiun.
Masa lalu yang diceritakan dalam dialog adalah Bahar dan temannya, Bagja merantau dari Garut ke Bandung sekitar tahun 1972, ketika dia remaja dan pergi merantau karena keluarganya di kampung sangat miskin.
Di Bandung, Bahar remaja mencari nafkah sebagai penjual tahu, leupeut dan telur asin di bus sebelum keluar terminal.
Penghasilan Bahar kala itu tidaklah besar, hanya pas-pasan, cenderung minim.
Dia menerima itu sebagai rezekinya, tetapi yang tidak bisa dia terima adalah bahwa dia harus membayar pajak pada para preman.
Bahar kemudian berpikir bahwa daripada dipungut “pajak” lebih baik dia yang memungut pajak.
Kemampuan beladiri yang dipelajarinya karena tradisi di kampung dan tekad yang kemudian muncul untuk bertahan dan berjaya di perantauan, membuat dia kemudian nekad perlahan-lahan masuk jaringan premanisme yang menguasai terminal.
Bermula dari hanya sekadar “keset”, lama kelamaan, tahun demi tahun, perlahan-lahan, Bahar kemudian mencapai puncak kekuasaan.
Sepuluh tahun pertama, Bahar hanya menjadi bagian dari kekuasaan sebuah jaringan premanisme, dua puluh tahun selebihnya, Bahar adalah pemegang kekuasaan yang mencengkram jalanan, pasar dan terminal.
Tangan kanannya adalah Muslihat, maling amatir yang masuk ke rumahnya sekitar dua puluh tahun silam.
Muslihat berhasil ditaklukkan hingga tidak sadarkan diri dan baru sadar tiga hari kemudian, di hadapan Bahar dan polisi.
Setelah tahu bahwa Muslihat mencuri demi untuk membiayai ibunya masuk rumah sakit, Bahar meminta polisi untuk tidak memproses kasusnya secara hukum.
Bahar bahkan mengakui Muslihat sebagai saudaranya dan persoalan akan diselesaikan secara kekeluargaan.
Lalu Muslihat diberi uang satu juta yang pada waktu itu merupakan jumlah yang cukup besar.
Setelah seminggu, Muslihat kembali pada Bahar dengan uang yang masih utuh.
Muslihat bermaksud mengembalikan uang itu karena sudah tidak membutuhkannya lagi.
Ketika dia pulang ke kampung dengan membawa uang, ibunya sudah terlanjur meninggal.
Bahar kemudian meminta Muslihat untuk bekerja padanya. Rasa hormat Muslihat dan kepercayaan Bahar, membuat mereka tidak terpisahkan hingga dua puluh tahun kemudian.
Muslihat kemudian merekrut Komar di terminal yang sebelumnya pengamen yang ditolong Muslihat bekerja padanya karena gitar Komar hilang.
Sementara itu, masa yang akan datang, copet kelas kakap, Junaedi merekrut dua orang sebagai partner yaitu Saep dan Ubed. Sementara anak buah Bahar semakin bertambah.
Pemegang terminal, Jamal melakukan kekerasan di Dago, kemudian dia digerebek, tetapi Bahar dan Muslihat membiarkan ia ditahan di penjara, hingga Jamal balas dendam pada Muslihat, walaupun pada Bahar hanya setengah-setengah.
(Tribunkalteng.com/Nor Aina)