Berita AS Roma
Pemain Baru Pengganti Rui Patricio Imbas Kalahnya AS Roma di UECL, Jose Mourinho Dikritik Capello
Rui Patricio disorot imbas kekalahan AS Roma di Liga Konferensi Eropa. Jose Mourinho sepertinya memang perlu penjaga gawang baru.
TRIBUNKALTENG.COM - Rui Patricio disorot imbas kekalahan AS Roma di Liga Konferensi Eropa. Jose Mourinho sepertinya memang perlu penjaga gawang baru.
Nah, AS Roma harus bertekuk lutut dari Bodo/Glimt dengan skor tipis 1-2 saat bermain di Aspmyra Stadion, Kamis (7/4/2022) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB.
Teringat Mile Svilar, kiper asal Serbia tampaknya segera menjadi pemain rekrutan baru AS Roma.
Nah, AS Roma dilaporkan sudah mencapai kesepakatan dengan Benfica, klub Svilar saat ini, untuk memboyong pemain berusia 22 tahun itu ke Kota Roma.
Baca juga: Modal Jose Mourinho Rayu Lingard Tinggalkan Man United, Kans AS Roma Kalahkan Juventus dan AC Milan
Baca juga: Keuangan PSS Sleman Diungkap Seto, Intip Rekap Bursa Transfer PSM Makassar, RANS, PSIS dan Persib
Ada apa Rui Patricio?
Nah , penjaga gawang asal Portugal ini tampil lumayan mantap sepanjang pertandingan dengan mampu menggagalkan sejumlah peluang berbahaya tim lawan. Rui Patricio berhasil mengamankan 4 tembakan mengarah ke gawang yang dilepaskan Bodo/Glimt.
Sayangnya, Rui Patricio catat rapor merah yang membuatnya layak jadi biang keladi kegagalan AS Roma raih kemenangan.
Diantaranya adalah blunder saat Rui Patricio coba mengamankan tembakan Brice Wembangomo di awal babak kedua yang berujung gol penyama kedudukan buat Bodo/Glimt.
Andai dirinya sukses menangkap sepakan spekulasi jarak jauh tersebut, AS Roma kemungkinan besar bisa terhindar dari kekalahan.
Menurut Gianluca Di Marzio dari Sky Sport, Giallorossi telah mengalahkan Real Sociedad dalam perburuan jasa Svilar.
Baca juga: Terancam Dijual Napoli, Mertens & Osimhen Senasib Saat Tim Terganggu AC Milan di Liga Italia
Nah, AS Roma dilaporkan telah mencapai kesepakatan dengan sang pemain, dikutip Tribun Kalteng dari Roma Press.
Pemain Serbia itu sudah menolak beberapa tawaran klub lain demi bergabung dengan AS Roma.
Menurut laporan Sky Sports, Svilar akan melakukan tes medis dengan AS Roma dalam 10 hari ke depan.
Setelah itu, Svilar akan menandatangani kontraknya dengan Roma dan menjadi pemain baru untuk Giallorossi mulai Juni.
Mile Svilar sendiri sudah memasuki akhir kontrak dan Roma bisa mendapatkan jasanya dengan gratis.
Svilar menjadi favorit bagi pelatih AS Roma Jose Mourinho.
Jose Mourinho sendiri menyukai Svilar karena pernah berhadapan langsung dengannya, saat dirinya masih menukangi Manchester United.
Svilar akan menjadi pengganti bagi kiper utama AS Roma saat ini, Rui Patricio.
Sebelumnya AS Roma juga dikaitkan dengan kiper cadangan Real Madrid, Andriy Lunin.
AS Roma memang tak bisa terus menerus mengandalkan Rui Patricio. Kiper berpaspor Portugal tersebut sudah memasuki usia senja.
Apalagi kiper kedua Pau Lopez sudah hengkang duluan ke Olympique Marseille dalam jendela transfer musim dingin lalu.
Tentu saja AS Roma tak bisa tinggal diam, demi kiper anyar hadir ke Stadion Olimpico.
Diketahui, Rui Patricio kian menua. Tercatat saat ini, mantan kiper Timnas Portugal itu telah berusia 34 tahun.
Rui Patricio sendiri tengah dalam kondisi apik. Tiga kali secara beruntun, ia tak kebobolan dalam tiga pertandingan terakhir AS Roma, yakni saat mengalahkan Spezia, Atalanta dan Vitesse Arnheim.
Di kompetisi tingkat Eropa 2021-2022, Atalanta dan AS Roma menjadi wakil Italia yang tersisa.
Itupun, AS Roma dan Atalanta tidak bermain di kasta teratas kompetisi Eropa, yakni Liga Champions.
Atalanta bermain di Liga Europa, sedangkan AS Roma bermain di UEFA Conference League.
Namun di kompetisi masing-masing, baik AS Roma maupun Atalanta sama-sama tidak bisa menunjukkan hasil yang memuaskan.
Pada laga leg pertama perempat final Liga Europa 2021-2022, Atalanta meraih hasil kurang memuaskan saat melawan RB Leipzig.
Bermain di Red Bull Arena pada Kamis (7/4/2022) waktu setempat atau malam hari WIB, Atalanta hanya bermain imbang 1-1 dengan RB Leipzig.
Adapun hasil lebih mengecewakan justru didapatkan oleh AS Roma kala melawan wakil Norwegia, Bodo/Glimt dikutip Tribunkalteng.com sebagian dari Tribun Kaltara .
AS Roma harus bertekuk lutut dari Bodo/Glimt dengan skor tipis 1-2 saat bermain di Aspmyra Stadion, Kamis (7/4/2022) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB.
Dua hasil kurang memuaskan dari wakil Italia tersebut rupanya mencuri perhatian dari pelatih kawakan asal Negeri Piza, Fabio Capello.
Dilansir BolaSport.com dari Football Italia, Capello menyebut kalau sepak bola Italia saat ini jauh tertinggal dari yang lain.
Menurut Capello, permainan sepak bola Italia terlalu lambat dan banyak melakukan pelanggaran yang tidak perlu.
Terlebih lagi, tidak banyak pemain kelas dunia yang mau merumput di kompetisi sepak bola Italia saat ini.
"Sepak bola Italia jauh di belakang yang lain. Bola tidak bergerak cepat, wasit terlalu sering meniup peluit. Mereka terlalu sering menghentikan permainan. Setiap kontak fisik adalah pelanggaran, jadi tidak pernah ada intensitas," kata Capello.
"Masalah terbesar tetap bahwa pemain terbaik tidak datang ke Italia lagi. Anda tidak akan belajar apa-apa jika Anda tidak bertemu yang terbaik. Kami membutuhkan stadion dan infrastruktur," ucap Capello melanjutkan.
Saat ditanya soal kemungkinan waktu sepak bola Italia bisa bangkit lagi, eks pelatih Juventus itu mengucapkan angka delapan tahun.
Menurut Capello, sepak bola Italia akan terus bobrok selama delapan tahun ke depan.
Belum lagi banyaknya masalah yang dihadapai di internal federasi dan campur tangan para politisi di sepak bola Italia hingga saat ini.
"Delapan tahun. Di Italia, semua orang campur tangan. Politisi, asosiasi lingkungan, dan sebagainya," ucap Capello.
"Untuk anak-anak muda, mereka sendiri yang bertanggung jawab untuk merantau ke Spanyol, di mana mereka bisa belajar soal teknik, bukan taktik," tutur Capello menambahkan.
Bobroknya sepak bola Italia memang makin terlihat saat timnas Italia gagal lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar.
Gli Azzurri bahkan kalah dari timnas Makedonia Utara yang tidak diunggulkan sama sekali.
Padahal, timnas Italia baru saja berhasil menjadi kampiun EURO 2020.
Pelatih Lazio, Maurizio Sarri, menyebut Liga Italia Serie A ketinggalan jauh dibanding Premier League dan Liga Jerman.
Alasan Maurizio Sarri menyebut ketertinggalan Liga Italia dibanding kompetisi di negara Eropa lainnya berkaitan erat dengan gagalnya Gli Azzurri ke Piala Dunia dua kali berturut.
Diketahui, skuad Roberto Mancini kalah 0-1 dari Makedonia Utara pada babak play-off.
Hasil tersebut memastikan para pemain Italia hanya akan menonton tayangan Piala Dunia 2022 lewat televisi alih-alih ikut bertanding di Qatar pada 21 November-18 Desember mendatang.
Kegagalan ini menjadi yang kedua kalinya berturut-turut bagi pemegang empat titel juara dunia itu.
Sebelumnya, Italia juga sudah absen pada Piala Dunia 2018.
Pelatih Lazio, Maurizio Sarri, mengibaratkan Liga Italia tertinggal 50 tahun dibanding dua liga top Eropa lainnya, Liga Inggris dan Liga Jerman.
Ucapan Maurizio Sarri mengacu kepada kegagalan tim nasional Italia lolos ke Piala Dunia 2022.
Sosok juru taktik berusia 63 tahun itu menilai anjloknya kiprah Gli Azzurri ada hubungannya dengan progres lambat di Liga Italia.
Di mata Sarri, Liga Italia tertinggal jauh dibandingkan Liga Inggris dan Liga Jerman, terutama dari segi struktur.
“Jika liga nasional mencerminkan progres, Inggris sudah menjadi juara Piala Eropa dan Piala Dunia,” kata Sarri, dikutip BolaSport.com dari Goal.
“Namun, situasinya tidak seperti itu. Sepak bola punya masalah yang sangat jelas buat saya.”
Namun, Sarri menyayangkan bahwa masalah di Liga Italia belum banyak menjadi bahan diskusi.
“Tidak ada yang membicarakan soal isu serius. Coba sekarang Anda menonton televisi dan melihat pertandingan Liga Inggris dan Liga Jerman," katanya.
“Setelah itu, bandingkan situasi di stadion di kedua liga itu dengan stadion-stadion di Liga Italia. Anda pasti akan bertanya-tanya posisi Liga Italia dibandingkan dua liga ini.”
Hal itulah yang membuat Maurizio Sarri risau.
“Liga Italia tertinggal 30 hingga 50 tahun dibanding liga-liga lain. Tidak ada yang pernah membahas soal struktur liga," tutur eks pelatih Chelsea.
“Nyaris tidak ada yang memperhatikan detail soal jalannya liga. Sekarang, kita semua mendapat konsekuensinya,” ucap Sarri lagi.
Maurizio Sarri bukan orang pertama yang mengangkat topik ini setelah Italia tidak lolos ke Piala Dunia 2022.
Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Gabriele Gravina, sempat berdebat dengan Presiden Liga Italia, Lorenzo Casini.
Gravina menyayangkan klub-klub Liga Italia tidak memberi banyak kesempatan untuk talenta lokal muda unjuk gigi dan berkembang.
“Hanya ada 30 persen pemain Italia yang bermain dengan tim junior. Banyak pemain belia yang tidak mendapat kesempatan di klub,” kata Gravina.
“Ini bukan sepenuhnya salah klub-klub bersangkutan, tetapi timnas tidak punya cukup banyak materi pemain. Kami harus melakukan sebisanya dengan materi yang ada.”
Gravina juga menilai ada perlawanan dari klub setiap para pemain mereka dipanggil membela tim nasional.
“Kami menemui banyak penolakan dari klub. Tim nasional dianggap bukan sebagai kesempatan untuk pemain, tetapi jadi beban.”
“Betul, klub punya kebijakan sendiri, tetapi akibatnya timnas Italia harus bekerja sendiri. Kami tidak bisa menerapkan ide yang ada jika tidak berbagi dengan klub,” kata Gravina melanjutkan.
Ucapan Gravina mendapat sanggahan dari Lorenzo Casini.
Ia menilai tidak ada pihak yang menahan para pemain Italia bergabung dengan timnas.
Menurut Casini, solusi terbaik adalah pembaruan secara radikal.
“Kegagalan Italia ke Piala Dunia 2022 adalah kegagalan sepak bola nasional. Semua harus memikirkan soal ini dan membuat perubahan sistem secara radikal.”
“Klub-klub dan pemain Liga Italia selalu menanggapi positif panggilan tim nasional dan akan terus seperti itu.”
“Tim nasional adalah cerminan usaha yang menyatukan bangsa Italia, dan tim nasional adalah milik semua orang,” ucap Casini.
Prestasi Italia di Piala Dunia pun bisa dibilang menurun sejak mereka terakhir kali juara pada 2006.
Italia hanya bisa melangkah sampai fase grup pada Piala Dunia 2010 dan Piala Dunia 2014.
Tidak ikutnya Italia ke Piala Dunia 2022 menjadi semakin ironis, karena mereka baru saja memenangi Piala Eropa 2020.
Federico Chiesa dkk menjuarai Piala Eropa 2020 pada Juli 2021 lalu setelah mengalahkan Inggris pada babak final.