Carabao Cup
Efek Diogo Jota dan Firmino Tak Main, Klopp Ubah Trik Jelang Liverpool vs Chelsea di Carabao Cup
Jurgen Klopp akan ubah posisi di Final Carabao Cup, diprediksi racik strategi Luis Diaz, Mohamed Salah dan Sadio Mane.
TRIBUNKALTENG.COM - Chelsea vs Liverpool , Final Carabao Cup berlangsung di stadion Wembley dan kick off pada pukul 23.30 WIB, Minggu, (27/02/2022).
Laga Final Carabao Cup sekaligus pembuktian, mengingat Thomas Tuchel dan Jurgen Klopp telah menjadi rival sejak mereka menukangi tim di Bundesliga Jerman.
Bagi Liverpool , Jurgen Klopp akan ubah posisi di Final Carabao Cup, diprediksi racik strategi Luis Diaz, Mohamed Salah dan Sadio Mane.
Ya, Mohamed Salah tercatat mencetak empat gol dan satu assist pada tiga laga terakhir.
Baca juga: Nasib Stefano Pioli Diisukan Tergeser Conte, Jelang AC Milan vs Inter Milan di Coppa Italia
Baca juga: Kejutan Luis Diaz di Taktik Klopp Racik Salah & Sadio Mane, Liverpool vs Chelsea Final Carabao Cup
Lalu apakah cuma Mohamed Salah yang diandalkan ? Jawabannya adalah tidak, Luis Diaz dan Sadio Mane akan jadi ancaman bagi Thomas Tuchel.
Diogo Jota dan Roberto Firmino sudah pasti absen di laga Chelsea vs Liverpool. Keduanya mengalami cedera. Jadi, hampir pasti Luis Diaz akan bermain sejak menit awal.
Ya, Luis Diaz memberikan hal baru bagi Klopp, sesuatu yang tidak didapatkan dari Minamino atau Origi. Diaz bermain sangat agresif. Punya dribel bagus dan ngotot. Koneksi dengan Sadio Mane dan Salah juga langsung terjalin.
Nah, Sadio Mane mendapat peran baru pada beberapa laga terakhir. Klopp biasanya memainkan Sadio Mane untuk peran penyerang kiri.
Tapi, Jurgen Klopp kini memainkan Sadio Mane untuk peran penyerang tengah. Sadio Mane mencetak tiga gol pada dua laga terakhir Liverpool, dengan peran sebagai penyerang tengah.
Nah, Sadio Mane memberi banyak opsi dan kejutan di lini depan The Reds. Mane membuat sesuatu yang segar dan lawan sulit menebak cara bermain Liverpool.
Baca juga: Pemain Mahal AS Roma Terancam Dilepas Jose Mourinho Demi Xhaka ke Serie A Liga Italia
Laga Liverpool vs Chelsea
Chelsea dan Liverpool sama-sama pernah sukses meraih gelar Liga Champions dan Trofi Piala Dunia antar klub yang mengantar mereka menjadi tim yang paling diperhitungkan eropa.
Salah satu hal yang menjadi Final Carabao Cup menjadi pertandingan yang panas adalah gengsi yang dihadirkan oleh kedua tim, khususnya untuk sang juru taktik mereka.
Jurgen Klopp berada di atas angin di partai final nanti, lantaran ia memiliki rekor yang apik kala bertemu tim yang ditukangi oleh Thomas Tuchel.
Dilansir Squawka, selama karir kepelatihan Tuchel, tak ada pelatih lain yang mampu mengalahkannya selain Jurgen Klopp.
Ya, Thomas Tuchel telah mengalami sembilan kali kekalahan selama bertemu tim yang diasuh oleh Klopp.
Fakta tersebut semakin membuat Liverpool percaya diri untuk mampu mengalahkan Chelsea di final Piala Carabao besok malam.
Nyatanya, penampilan The Reds di musim ini begitu melejit, mereka masih bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris bersama Manchester City.
Juga di Liga Champions, tim raksasa Italia, Inter Milan dibuatnya tak berkutik saat bermain dikandang, Liverpool sukses mengalahkan Nerazzurri dengan skor dua gol tanpa balas.
Praktis, di tengah inkonsistensi tim-tim elite Liga Inggris dan Eropa, The Reds adalah tim dengan performa paling stabil.
Kekalahan hanya mereka rasakan ketika bermain melawan West Ham United di Liga Inggris, selebihnya hasil sempurna hampir selalu Klopp antarkan untuk Liverpool.
Tangan dingin Jurgen Klopp benar-benar menjadikan Liverpool sebagai tim superior yang sulit untuk dikalahkan.
Sejak datang ke Anfield pada tahun 2015 lalu, juru taktik asal Jerman itu sukses membuat revolusi di Liverpool.
Mulai mentalitas hingga gaya permainan yang diusung mampu membuat The Reds menjadi tim yang lebih diperhitungkan di eropa.
Perlu diingat, Klopp bukanlah tipe pelatih yang menuntut belanja besar-besaran untuk tim yang ia pegang, ia berbeda dengan Guardiola yang membutuhkan dana melimpah untuk membentuk satu tim hebat.
Selama enam tahun menjabat sebagai juru taktik The Reds, pengeluaran paling banyak hanyalah untuk mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 70 juta euro.
Pemain-pemain yang kini menjadi bintang, seperti Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, Diogo Jota, Jordan Henderson, hingga Robertson adalah pemain yang diboyong dengan harga dibawah 50 juta euro.
Klopp adalah pelatih yang percaya dengan sebuah proses. Ia membuat sistem permainan berdasarkan kapasitas pemain yang ia miliki.
Klopp jeli dalam menggodok pemain yang biasa-biasa saja sebelumnya menjadi sosok penting dalam taktik yang dia usung.
Nama-nama yang disebutkan di atas adalah contohnya, mereka diboyong dengan banderol di bawah 50 juta euro, namun apa yang mereka tunjukkan di lapangan begitu luar biasa.
Mohamed Salah yang menjadi bintang, diakui sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dengan beberapa kali masuk dalam nominasi pememangan Ballon d'0r.
Awal kehebatan Klopp terlihat saat Liverpool berhasil dibawanya mencapai babak final Piala Liga dan Liga Eropa pada musim 2015/2016.
Lalu di musim selanjutnya (2016/2017), pelatih berusia 52 tahun tersebut mampu membawa The Reds tampil di ajang Liga Champions setelah tiga musim absen.
Grafik menanjak kembali mampu Klopp tunjukan di musim 2017/2018, Jordan Henderson dan kolega dibawanya mencapai babak final Liga Champions dan bersua tim raksasa Spanyol, Real Madrid.
Sayangnya, blunder konyol yang dilakukan Karius di partai tersebut membuat Liverpool harus menyerahkan trofi Si Kuping Besar ke tangan Los Blancos.
Namun, bukan Klopp namanya jika ia tak belajar dari kekalahan. Di musim selanjutnya, The Reds sukses dibawanya tampil superior di Liga Champions hingga kembali melangkah ke babak final.
Tottenham Hotspur yang menjadi lawan dibuat tak berdaya, tim asuhan Pochettino berhasil Klopp kalahkan dengan skor meyakinkan 2-0 lewat sumbangan gol Mo Salah dan Divock Origi.
Dan raihan manis terakhir yang sukses Klopp berikan untuk Liverpool terjadi pada musim 2019/2020.
Liverpool menjalani musim paling luar biasa di liga dengananya mengalami jumlah kekalahan yang dapat dihitung jari.
Mereka juga meninggalkan City di urutan kedua dengan selisih poin dua digit yang begitu jauh dan mustahil dikejar bahkan saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga sisa.
Gelar Liga Primer Inggris pun berhasil mereka bawa pulang setelah 30 tahun lamanya tak masuk lemari prestasi di Anfield.
