Berita HST
Pemuda di HST Lestarikan Budaya Panting, Ini Yang Dilakukan
Penggemar musik panting tak hanya orang-orang yang sudah tua. Di Hulu Sungai Tengah, musik panting justru di kembangkan oleh remaja.
editor: edi Nugrohi
TRIBUNKALTENG.COM, BARABAI - Penggemar musik panting tak hanya orang-orang yang sudah tua. Di Hulu Sungai Tengah, musik panting justru di kembangkan oleh remaja.
Bernama grup Denting Merindu dari Adipati Jenaka Art Galery, delapan orang pemuda asal Hulu Sungai Tengah mengembangkan musik panting.
Mereka yakni Septiman (19) sebagai pemukul babun, Raihan Maulana (17) pemain gong, Noviansyah (18) pemain panting, Tajar (17) pemain panting, Bundiman (19) pemain Tamborin, Ahamad Musaddad (17) pemain panting, M Ikhya Rykhan Fariza (19) pemain biola, dan Aditya Rahman (20) vokal.
Baca juga: Puluhan Anggota Pramuka Tabalong Ikuti Pembekalan Kontingen Jambore Penggalang
Semuanya, berlatih untuk mempertahankan budaya Banjar yang sudah semakin sedikit peminatnya.
Pelatih Musik Panting, Anshari Rahmad mengatakan jika pemain panting yang dibentuk sudah bisa bermain. Sehingga, latihan hanya mengasah kemampuan mereka.
Latihan yang awalnya di Panggung Seni di Lapangan Dwi Warna dipindah ke Adipati Jenaka Art Galery.
"Sekarang pandemi ini latihan di sini. Grup ini juga baru dibentuk. Kami berharap dengan eskisnya kembali panting, pemuda di HST dapat melestarikan budaya panting.
Pemain Panting, Tajar menggatakan, jika ia berlatih untuk mempertahankan budaya Banjar.
"Sejak sekolah saya latihan. Kami disini berharap musik panting kembali digemari," bebernya. (Tribunkalteng.com/Eka Pertiwi)